- Judul : : Serial Gigihnya Regu Garuda
- Penulis : Kak Drs. Edy Heri Suasana, M.Pd.
- Episode : 1. Menjelang Randu Gunting
- Seri : 1. Kabar dari Kak Leoni
Berbagai peristiwa dalam cerita ini terjadi dengan latar tempat, waktu, dan suasana alam dan budaya Kota Yogyakarta sekitar tahun 70-an.
Ketika itu, di tengah kota Yogyakarta masih terdapat lahan persawahan beserta infrastrukturnya yang berupa irigasi lengkap dengan galengan-galengan (pematang)-nya, pepohonan desa seperti pohon kelapa, manggis, duwet, aur bambu, pohon nyamplung, dan sejenisnya. Tentu saja pada masa itu juga masih banyak terdapat binatang–binatang liar seperti ular, lingsang, luwak, belalang, jengkerik, gangsir, burung gelatik, burung merpati, dan sebagainya.
Transportasi pada waktu itu banyak didominasi oleh sepeda kayuh, becak, andong. Bus sebagai moda transportasi umum digunakan untuk perjalanan antarkota dan ke desa-desa.
Cerita ini penulis kemas dalam konflik-konflik kecil dengan memasukkan amanat yang di dalamnya terdapat nilai-nilai satya dharma Pramuka. Serial Petualangan Regu Garuda ini ditulis dalam beberapa episode dan dirangkai menjadi satu jalinan cerita.
Dalam serial ini, tokoh Regu Garuda adalah Teguh Pam, Usman Nur, Sarjono, Budi Sulis, Bambang Tri, Narso, Yudik Sus, dan aku.
Siang itu, hampir seluruh Penggalang menjadi heboh ketika Kak Leoni bertindak selaku Pembina upacara penutupan latihan. Dalam amanatnya sebagai Pembina upacara penutupan, Kak Leoni menyampaikan keputusan Majelis Pembimbing Gugus Depan (yang juga merupakan kepala sekolah di sekolah kami), bahwa bulan depan akan dilakukan Lomba Tingkat (LT) I.
LT I itu akan dilaksanakan dalam bentuk perkemahan dengan mengambil tempat di Bumi Perkemahan Randu Gunting, Prambanan. Mendengar kabar dari Kak Leoni itu, betapa ekspresi kegembiraan teman-teman tertumpah dengan sorak-sorai dan teriak kegembiraan, sampai-sampai mereka lupa bahwa saat itu masih ada di dalam kegiatan upacara penutupan latihan. Tentu saja kehebohan itu mengganggu Kak Leoni yang masih akan memberikan pesan-pesan berikutnya.
“Adik-adik, diamlah dulu . . . ‘”suara Kak Leoni tenggelam dalam gemuruh kegembiraan para Penggalang. Kak Leoni mengulang lagi -beberapa kali- kalimat-kalimatnya untuk menenangkan para Penggalang yang tenggelam dalam bingkai uforia kegembiraan hati.
Bahkan dengan setengah berteriak dan dengan meninggikan volume suaranya, Kak Leoni mengingatkan para Penggalang untuk diam,” Adik-adik Penggalang … diamlah dulu, saya akan melanjutkan amanat saya untuk menyampaikan beberapa pengumuman penting lainnya. Diamlah ….”
Nah, mendengar volume suara Kak Leoni yang mulai meninggi itu, barulah suara heboh para Penggalang perlahan-lahan mulai mengendur dan mulai menenang. Setelah suara heboh menurun, Kak Leoni melanjutkan amanah-amanahnya, yang isinya adalah pesan-pesan kepada para Penggalang agar mulai mempersiapkan diri menghadapi perkemahan yang akan dilaksanakan sebulan lagi, baik persiapan penguasaan teknik kepramukaan, kesiapan mental, kemandirian, kesehatan jiwa dan raga, kesiapan perlengkapan berkemah, maupun persiapan-persiapan lainnya.
Sesudah upacara penutupan latihan, aku dan teman-teman Regu Garuda –yang biasanya langsung bersih-bersih diri untuk mengikuti pelajaran berikutnya- , tidak langsung menuju ke kamar mandi, tetapi justru berkumpul di dekat sanggar Pramuka yang tersedia di sekolah kami.
Perlu kami sampaikan informasi kepada para pembaca yang budiman bahwa pada waktu itu latihan kepramukaan di sekolah kami dikemas dalam rangkaian waktu pembelajaran yang dilaksanakan pada hari Senin. Setelah pelajaran jam ke-2, para siswa terpisah menuju ke kegiatan pilihan masing-masing yang kegiatannya dinamai dengan kegiatan “proyek”. Di masa akhir-akhir ini, kegiatan itu “mirip” dengan kegiatan ekstrakurikuler.
Tetapi setelah kegiatan “proyek” tersebut selesai, kami kembali ke kelas untuk mengikuti pelajaran lagi. Dalam kegiatan “proyek” tersebut, aku dan teman-teman Penggalang memilih kegiatan kepramukaan. Di samping itu, kegiatan kepramukaan juga dilaksanakan pada Rabu sore, sepulang sekolah, sehingga dalam seminggu kami melaksanakan latihan kepramukaan dua kali, Senin pagi dan Rabu sore.
Secara spontan, kami –Regu Garuda- berkumpul di dekat Sanggar Pramuka untuk mendiskusikan langkah-langkah persiapan menghadapi perkemahan bulan depan. Teguh Pam –sang ketua regu Garuda- memimpin pertemuan spontan yang kami anggap sebagai “musyawarah dan rapat persiapan”.
Teguh Pam mengatur waktu-waktu Regu Garuda untuk melaksanakan latihan secara mandiri -di luar waktu latihan yang sudah ditetapkan oleh Gugus Depan- agar kami bisa solid untuk mengikuti perkemahan tersebut. Kami merasakan kepemimpinan Teguh Pam di Regu Garuda memang bagus, sehingga apa pun yang kemudian menjadi keputusan Teguh Pam selalu kami patuhi dan ikuti.
Ada beberapa regu lain yang juga secara spontan mengadakan pertemuan semacam pertemuan Regu Garuda, tidak jauh pula dari tempat Regu Garuda berkumpul. Nampaknya mereka pun memiliki agenda spontan yang sama dengan kami, mempersiapkan perkemahan bulan depan. Kabar dari Kak Leoni tentang rencana perkemahan bulan depan memang ditanggapi dengan heboh oleh para Penggalang.
“Kita perlu menambah waktu latihan dan mempersiapkan diri dan mempersiapkan regu untuk menghadapi perkemahan bulan depan,” kata Teguh Pam.
“Benar”, kata saya menyatakan kesetujuan saya.
“Perlu membuat schedule latihannya, Guh,” kata Sarjono dengan menggunakan istilah schedule keinggris-inggrisan, untuk menggantikan kata jadwal.
“Kita buat jadwal, kapan kita berlatih teknik-teknik kepramukaan, tali-temali, latihan mendirikan tenda, latihan membaca dan mengirim morse dan sandi-sandi lainnya.”
“Apakah tongkat dan tali-tali regu kita sudah mencukupi?” tanya Budi Sulis.
“Nah, itulah! Kalau kita sudah menghitung kebutuhan untuk berkemah dan berlatih menyiapkan segala sesuatu keperluannya, kita akan tahu berapa kebutuhan tongkat, berapa kebutuhan tali, berapa kebutuhan tenda, dan sebagainya dan sebagainya…” pendapat Usman Nur.
Aku mengiyakan pendapat-pendapat mereka. Pun Teguh Pam, setuju atas pendapat-pendapat anak buahnya.
“Baik kalau begitu,” kata sang Ketua. “Oleh sebab itu, mari kita siapkan segala sesuatunya dengan secermat-cermatnya, dan dengan sebaik-baiknya.”
Kemudian kami asyik bermusyawarah, asyik mendiskusikan persiapan-persiapan perkemahan yang akan dilaksanakan sebulan lagi. Demikian asyiknya kami berdiskusi, sampai-sampai kami abai terhadap bunyi bel masuk pelajaran.
Kami mestinya segera masuk ke kelas kami masing-masing, tetapi pada saat itu kami tidak mendengarkan suara kencang dari bel besi yang digantung dan dipukul keras-keras oleh Pak Min. Pak Min adalah pegawai sekolah kami yang bertugas untuk memukul bel tanda masuk dan pergantian pelajaran.
Entah berapa lama kami -Regu Garuda dan beberapa regu lain- abai terhadap bunyi bel masuk pelajaran itu. Tiba-tiba kami dikejutkan oleh suara Pak Darus -guru Olahraga yang sekaligus sebagai Pembina OSIS-
“Hai hai hai …. Apa-apaan ini? Sudah bel masuk kelas sejak tadi, masih pada ngobrol di sini!!!!!” bentak Pak Darus.
“Dengar nggak, suara bel masuk pelajaran?” Pak Darus marah. “Sekian banyak anak, belum ganti seragam -masih makai seragam Pramuka-, nggak masuk-masuk! Malah pada mau malas-malasan!!!”
Kami kaget dan takut atas kehadiran Pak Darus yang tiba-tiba itu, dan atas bentakan-bentakan beliau. Apalagi Pak Darus menyangka bahwa kami mau bermalas-malasan. Kami benar-benar takut, karena kami memang bersalah, tidak mendengar bel masuk dan tidak segera masuk kelas kami masing-masing. Seharusnyalah sejak terdengar bel masuk pelajaran, kami harus masuk ke kelas masing-masing sejak tadi. Kami hanya tertunduk dengan jantung berdegupan, penuh ketakutan. Pak Darus memang guru Olahraga kami yang memang kami takuti. Benar-benar kami takuti.
“Siapa yang menyuruh untuk tidak masuk kelas he? Apa Pak Leoni, Pembina Pramuka kalian?” tanya Pak Darus masih dengan nada marah.
“He, Teguh Pam, kamu siswa yang tubuhmu paling besar …. Apa mereka kamu suruh mereka untuk tidak masuk kelas? Hai Teguh Pam! Jawab!!!!” teriak Pak Darus sambil melototi Teguh Pam, Ketua regu kami.
“Tidak, Pak. Tetapi kami memang terlalu asyik berdiskusi, Pak. Mohon maaf, Pak” jawab Teguh Pam
“Berdiskusi! Diskusi! Diskusi apa?” bentak Pak Darus masih dengan nada tinggi dan keras.
Rupa-rupanya suara Pak Darus yang bernada tinggi dan keras itu terdengar oleh beberapa guru yang lain, sehingga tidak lama kemudian beberapa guru yang lain pun datang mendekat. Kami semakin takut ketika melihat beberapa guru itu di antaranya ada Pak Leoni yang juga hadir mendekat ke arah kami. Keringat-keringat ketakutan mulai mengembun dari punggung-punggung kami. Kulihat Teguh Pam pun menjadi semakin ketakutan.
Tetapi, sebagai Ketua Regu, Teguh Pam bersikap ksatria. Meski dengan suara yang agak gemetar, Teguh Pam dengan kepala tetap tunduk, menghadap ke arah Pak Darus dan Bapak-Bapak Guru, sambil berkata:
“Mohon maaf, Pak Darus, mohon maaf Pak Leoni, dan Bapak-Bapak Guru. Semua ini salah saya selaku Ketua Regu Garuda. Tadi setelah upacara penutupan latihan Pramuka, spontan saya dan teman-teman berkumpul di sini untuk mendiskusikan persiapan menghadapi perkemahan bulan depan ke Randu Gunting. Saya lah ketua Regu Garuda. Demikian asyik kami berdiskusi, sehingga kami tidak begitu mendengarkan suara bel masuk.”
“Oleh sebab itu, kalau ada salah, saya lah yang bertanggung jawab. Dan kalau kami harus mendapatkan hukuman, hukumlah saya saja selaku Ketua Regu, Pak, biarlah teman-teman semuanya segera masuk kelas untuk mengikuti pelajaran”, kata Teguh Pam dengan tegas meskipun tetap dengan suara gemetar. Teguh Pam menunjukkan jati dirinya sebagai Pramuka yang sopan. Patriot yang sopan dan ksatria.
Pak Darus, Pak Leoni, dan guru-guru lainnya dengan tajam menatap Teguh Pam dengan berbagai makna pandangan masing-masing. Entah apa yang Bapak-Bapak guru pikirkan, menanggapi pernyataan Teguh Pam tersebut.
Bagiku, sikap Teguh Pam sebagai Ketua Regu Garuda menunjukkan bahwa dia memiliki sikap kepemimpinan yang luar biasa, sikap bertanggung jawab dan dapat dipercaya.
Entah bagaimana pandangan Bapak-Bapak Guru dan teman-teman yang lain.
Entah pula pandangan para pembaca atas sikap Teguh Pam sebagai Ketua Regu tersebut ….
____
Tentang Penulis : Kak Drs. Edy Heri Suasana, M.Pd., Wakil Ketua Bidang Organisasi, Manajemen, dan Hukum Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Daerah Istimewa Yogyakarta masa bakti 2020-2025