YOGYAKARTA — Kak Sri Sultan Hamengku Buwono IX yang biasa dipanggil dengan sebutan Kak Sultan HB IX adalah sosok yang sangat erat dengan berdirinya Gerakan Pramuka.
Atas dedikasi dan seluruh kontribusinya, tanggal 12 April, yang merupakan hari kelahirannya, diperingati sebagai Hari Bapak Pramuka Indonesia. Penetapan itu dilakukan melalui Surat Keputusan nomor 10/MUNAS/88 tentang Bapak Pramuka.
Kak Sultan HB IX lahir pada tanggal 12 April 1912 dengan nama Gusti Raden Mas Dorodjatun dan anak kesembilan dari ayah yang bernama Gusti Pangeran Puroboyo dan Ibu yang bernama Raden Ajeng Kustilah.
Ayah dari Dorodjatun diangkat menjadi Sri Sultan Hamengkubuwono VIII pada tahun 1914 atau ketika Dorodjatun berusia 2 tahun. Ibu dari Dorodjatun mendapatkan sebuah gelar Kanjeng Raden Ayu Adipati Anom di tahun 1915, karena ibu suaminya sudah menjadi Putra Mahkota Yogyakarta.
Pendidikan
Gusti Raden Mas Dorodjatun menempuh pendidikan di Belanda bersama dengan kakaknya, Tinggarto. Beliau pergi ke Belanda melalui jalur laut pada bulan Maret 1930 bersama dengan keluarga direktur pabrik gula di Gesika, keluarga itu bernama Hofland.
Pendidikan awalnya dimulai di taman kanak-kanak Sekolah Frobel di bawah Juffrouw Willer di Bintaran Kidul dan melanjutkan pendidikan dasar di Europeesch Lagere School (ELS) di Yogyakarta, dan tamat pada tahun 1925.
Ia kemudian bersekolah di Hoogere Burger School (HBS) di Semarang, Bandung dan Harlem, di mana ia lulus pada tahun 1931. Kak Sultan HB IX kemudian menempuh pendidikan di Rijkuniversiteit Leiden dengan jurusan Indologie (Ilmu tentang Indonesia), dilanjutkan di bidang ekonomi.
Kak Sultan HB IX dikenal aktif mengikuti Kepanduan sejak usia belia dan di setiap jenjang pendidikannya mulai dari sekolah dasar hingga di perkuliahan.
Pandu Agung
Menjelang 1960, karena keaktifannya dalam menyebarkan semangat kepanduan di masa perjuangan, ia dinobatkan sebagai Pandu Agung (Pemimpin Kepanduan).
Julukan tersebut diberikan kepada Kak Sultan HB IX, karena sosoknya yang mencerminkan seorang guru dan panutan bagi seluruh anggota kepanduan di Indonesia.
Panitia Pembentukan Gerakan Pramuka
Presiden Soekarno sebelum menyatukan organisasi-organisasi kepanduan yang ada di Indonesia, ia berkonsultasi dengan Kak Sultan HB IX, bukan hanya sekali, tetapi beberapa kali. Oleh karenanya, Kak Sultan HB IX sangat berperan penting dalam kemajuan Pramuka Indonesia.
Pada 9 Maret 1961, bersama dengan beberapa tokoh lainnya, Kak Sultan IX membentuk Panitia Pembentukan Gerakan Pramuka, yang mengolah Anggaran Dasar Gerakan Pramuka dan mengeluarkan Keputusan Presiden RI No. 238 Tahun 1961.
Kepanitiaan tersebut berisi tokoh-tokoh seperti Kak Sultan HB IX, Dr. Prijono, Dr. A. Azis Saleh, dan Achmadi. Keputusan Presiden Nomor 121 Tahun 1961 dikeluarkan pada tanggal 11 April 1961 tentang Panitia Pembentukan Gerakan Pramuka. Dalam keputusan tersebut bertambah satu nama, yaitu Muljadi Djojomartono, Menteri Kesejahteraan Sosial.
Dari kepanitiaan itu, pada tanggal 20 Mei 1961, terbitlah sebuah Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 238 Tahun 1961 yang ditandatangani oleh Pejabat Presiden Haji Ir. Djuanda karena pada saat itu Presiden Soekarno sedang berada di Jepang.
Selain menerbitkan Surat Keputusan tersebut, Panitia Pembentukan Gerakan Pramuka juga mengolah Anggaran Dasar Gerakan Pramuka.
Kata “Pramuka” berasal dari kata “Poromuko” yang jika diartikan adalah prajurit terdepan dalam suatu peperangan. Kemudian dikembangkan bahwa “Pramuka” merupakan akronim dari Praja Muda Karana dengan arti jiwa-jiwa muda yang berkarya.
4 Periode Ketua Kwarnas
Bersamaan dengan itu, Sri Sultan HB IX pun dilantik menjadi Ketua Kwartir Nasional (Kwarnas) sekaligus Wakil Ketua 1 Majelis Pimpinan Nasional (Mapinas). Selama empat periode, jabatan Ketua Kwarnas diduduki olehnya, yaitu periode 1961-1963, 1963-1967, 1967-1970, dan 1970-1974 atau selama tiga belas tahun.
Di bawah kepemimpinannya, Gerakan Pramuka Indonesia melahirkan berbagai pengembangan baru hingga mendapat penghargaan di tingkat nasional dan internasional. Salah satunya adalah ketika Kak Sultan HB IX berhasil menggagas peralihan nilai ‘kepanduan’ menjadi ‘kepramukaan’ melalui Renewing of Scouting.
Ia juga menetapkan janji pramuka yang dikenal sebagai Tri Satya Pramuka dan 10 aturan yang harus dipatuhi oleh anggota Pramuka, Dasa Dharma Pramuka. Selain itu, ia juga menetapkan warna seragam Pramuka Indonesia, yang berwarna cokelat muda untuk atasan dan coklat tua untuk bawahan, yang melambangkan elemen air dan tanah.
Saat memimpin Kwarnas, Kak Sultan HB IX mencetuskan beberapa kegiatan perkemahan Wirakarya pada 1968, Gerakan Tabungan Pramuka yang dibentuk pada tahun 1974, dan beberapa lainnya.
Gerakan Tabungan Pramuka, merupakan salah satu program yang pada Februari 1974 diserukan oleh Kak Sultan HB IX untuk para anggota pramuka yang digabungkan dengan program nasional untuk pemuda dan pelajar.
Kak Sultan HB IX melakukan perbaikan pada tata organisasi dan administrasi dibersamai oleh Ketua Kwarnas Harian, Kak Brigjen TNI Dr. Aziz Saleh.
Awal berdiri, Gerakan Pramuka berkembang pesat sehingga diselenggarakan Musyawarah Kerja antara Andalan Pusat (Muker Anpuda) yang melahirkan pola kerja sapta atau pola kerja empat tahunan.
Periode masa bakti kedua, 1963-1967, Kak Sultan HB IX menerapkan pola kerja panca warsa. Dalam periode ini jajaran Kwarnas melaksanakan kursus untuk para pembina guna mengintensifkan pendidikan kepramukaan.
Selain itu, Kwarnas mengeluarkan Petunjuk Penyelenggaraan Tanda Kecakapan Khusus dan juga mengikutsertakan pramuka dalam kegiatan regional sebagai bentuk dari pembinaan lainnya.
Di masa ini, terlaksana Perkemahan Satya Darma sebagai wujud pengabdian masyarakat. Kemudian dibentuk pula Kompi Pramuka yang merupakan cikal bakal Satuan Karya Pramuka (Saka) sebagai bentuk pengembangan dari keterampilan pramuka dalam bidang lain.
Penghargaan
Kontribusi besar Kak Sultan HB IX dalam membangun Gerakan Pramuka Indonesia mendapat pengakuan internasional. Pada 1973, ia dianugerahi Bronze Wolf Award oleh World Organization of the Scout Movement (WOSM). Ini adalah penghargaan tertinggi yang diberikan oleh WOSM kepada individu yang berjasa besar dalam pengembangan kepramukaan.
Sebelumnya pada tahun 1972, Kak Sultan HB IX juga menerima penghargaan Silver World Award dari Boy Scouts of America. Dalam dunia kepanduan dan kepramukaan, beliau juga dikenal sebagai Pandu Agung, karena peranannya sebagai sosok guru dan teladan bagi Pramuka Indonesia.
Sri Sultan Hamengku Buwono IX meninggal dunia pada 2 Oktober 1988 di Washington, DC, Amerika Serikat, pada usia 76 tahun, dan dimakamkan di kompleks pemakaman Sultan Mataram, Imogiri, Bantul, DI Yogyakarta.
Sebagai penghormatan atas pengabdiannya terhadap Gerakan Kepanduan dan Kepramukaan, tanggal 12 April, yang merupakan hari kelahirannya, diperingati sebagai Hari Bapak Pramuka Indonesia.
Peringatan Hari Bapak Pramuka Indonesia atau Hari Sri Sultan Hamengku Buwono IX (HB IX Day) diperingati setiap tanggal 12 April, sesuai dengan Surat Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Nomor 046 tahun 2018.
Gelar Pahlawan Nasional
Kak Sultan HB IX merupakan salah satu Pahlawan Nasional. Kak Sultan HB IX dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada tahun 1990 melalui Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 53/TK/Tahun 1990 tertanggal 30 Juli.
Kak Sultan dinilai berjasa terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan segala hal yang telah dilakukan, dikembangkan, serta didedikasikan untuk bangsa dan negara ini.
Dalam Surat Keputusan yang ditandatangai oleh Presiden Republik Indonesia, Soeharto disebutkan beberapa pertimbangan yang mendasari penetapan Gelar Pahlawan Nasional.
Bahwa untuk menghargai jasa-jasanya yang sangat luar biasa dalam perjuangan melawan penjajahan pada umumnya. khususnya dalam perjuangan mempertahankan dan mengisi kemerdekaan perlu menganugerahkan Gelar Pahlawan Nasional dan bahwa tindak kepahlawanan yang demikian itu penting untuk menjadi teladan bagi setiap Warga negara Indonesia.
__
CST-PusbangJusinfo