Perkemahan Wirakarya merupakan salah satu kegiatan yang didasari oleh gagasan dari Kak Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Gagasan itu disampaikan pula saat kongres Kepanduan tingkat Dunia yang diselenggarakan di Tokyo pada 1971.
Kak Sultan HB IX menyebutkan gagasan tetnang The Trends in Scouting, bahwa pramuka tidak hanya dididik menjadi warga negara yang baik, tetapi juga menjadi manusia pembangun yang baik.
Dijelaskan oleh Kak Sultan HB IX bahwasanya dalam Perkemahan Wirakarya tersebut, pramuka melakukan pembangungan di pedesaan untuk membantu masyarakat, sebagai perwujudan Dasa Darma pramuka yaitu menolong sesama hidup.
Tahun 1964, sebelum tercetus adanya Perkemahan Wirakarya, dalam mewujudkan janji Gerakan Pramuka untuk turut ambil bagian di dalam pembangunan masyarakat, Kwartir Nasional menyelenggarakan Perkemahan Satya Dharma.
Sedikitya ada 2.400 pramuka penegak dan pembina yang berasal dari Kwartir Daerah Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Sumatera Selatan, dan Papua mengikuti perkemahan yang berlangsung selama 1 bulan di desa Sukadamai, Tambun-Bekasi, 5 Juli s.d. 6 Agustus 1964.
Program Perkemahan Wirakarya (PW) menjadi salah satu bentuk perkemahan yang lebih konkrit bagi pembangunan serta bakti terhadap masyarakat. Perkemahan ini dirancang untuk usia penegak dan pandega.
PW tingkat nasional pertama diselenggarakan pada tahun 1968 dengan program pembangunan bendungan irigasi di Sungai Cihideung, sebagai salah satu usaha untuk merealisasikan dan mengintegrasikan pramuka dengan masyarakat dan sebagai darma bakti kepada rakyat.
Pelaksanaan seluruhnya dilakukan oleh pramuka termasuk pengumpulan biaya. Sementara pengawasan dilakukan oleh Ditjen Pengairan Dasar, Departemen Pekerjaan Umum dan panitia PW 68. Selama kurang lebih 17 minggu, mulai 5 Mei sampai dengan 30 Agustus 1968.
Terdapat 7.000 peserta pramuka penegak dan pramuka pandega dari seluruh tanah air yang datang dengan bergilir secara bergantian sebanyak 300 sampai dengan 500 orang per gelombangnya di desa Cihideung, kecamatan Ciampea, kabupaten Bogor.
Tugas pokok peserta dalam PW 1968 tersebut adalah membangun bendungan dan saluran irigasi sepanjang 20 meter yang difungsikan untuk pengarian sawah seluas kurang lebih 640 Hektar.
Kak Sultan HB IX menutup agenda kegiatan PW 1968 dan setiap pramuka mendapatkan pengalaman yang mengesankan dan berguna, berkesempatan bertemu dengan saudara-saudara dari daerah lain, menguji kemahiran dan kemampuan.
Keberadaan pramuka mulai mendapatkan simpati dari masyarakat baik di Indonesia maupun negara tetangga, terlebih saat itu Gerakan Pramuka telah aktif kembali menjadi anggota organisasi kepanduan dunia (WOSM).
Selaku Ketua Kwartir Nasional, Kak Sultan HB IX menyampaikan arahan kepada jajaran Kwartir Daerah (Kwarda) dan juga Kwartir Cabang (Kwarcab) untuk bisa menyelenggarakan Perkemahan Wirakarya di wilayahnya masing-masing.
Sebagaimana data – data pelaksanaan Perkemahan Wirakarya, ada dari tingkat Kwartir Cabang di antaranya di Kwarcab Blora dengan membuat bendungan pada 18 Agustus 1968 sampai dengan 15 Februari 1969.
Disusul kemudian penyelenggaraan Perkemahan Wirakarya di Kwarcab Sragen dengan kegiatan membuat waduk tempat penampungan air hujan yang digunakan sebagai pengairan sawah di musim kemarau. Pada tahun yang sama, ada Perkemahan Wirakarya di Batu, Malang dan di Kwarcab Tasikmalaya.
PW Nasional selanjutnya yaitu pada tahun 1971 diselenggarakan di wilayah Gisting, Lampung dengan obyek penghijauan menanam pohon cengkeh. Berlanjut pada 1974 di Minasa Te’ne, kepulauan Pangkajene, Sulawesi Selatan dengan tema Membangun Rumah Rakyat Sehat.
Tahun 1990 PW Nasional diselenggarakan di Rembang, Purbalingga pada 23 Juni sampai dengan 15 Juli 1990. Kemudian tahun 1995, PW Nasional diselenggarakan di Bukit Rawi, Kalimantan Tengah (Kalteng) mulai 1 Juli sampai dengan 10 Juli.
Selanjutnya, Perkemahan Wirakarya juga menjadi referensi tingkat dunia. Pada resolusi konferensi kepramukaan sedunia di Paris pada tahun 1990, Indonesia ditunjuk sebagai penyelenggara Community Development Camp (Comdeca) pertama.
Kegiatan pramuka masuk desa diperkenalkan kepada negara-negara sedang berkembang melalui Perkemahan Wirakarya Sedunia (World Community Develompment Camp – Comdeca) I di desa Lebakharjo, Kabupaten Malang, Jawa Timur 26 Juli 1993 sampai dengan 8 Agustus 1993 dengan 175 peserta luar negeri dari 21 negara dan 2.169 pramuka tanah air.
Comdeca tingkat Asia Pasific yang pada saat itu disebut pula dengan Kemah Bakti diselenggarakan pada tahun 2005 di Nangroe Aceh Darussalam dengan mengusung tema Bangun Aceh Kembali yaitu pasca terjadinya tsunami di akhir tahun 2004.
Urutan penyelenggaraan PW Nasional :
- PW Nasional ke-1 (PW 68) di Ciampea, Bogor
- PW Nasional ke-2 (PW 71) di Gisting, Lampung
- PW Nasional ke-3 (PW 74) di Minasa Te’ne, Sulawaesi Selatan
- PW Nasional ke-4 (PW 78) di Lebakharjo, Malang
- PW Nasional ke-5 (PW 83) di Gisting, Lampung.
- PW Nasional ke-6 (PW 87) di Bukit Soeharto, Kalimantan Timur,
- PW Nasional ke-7 (PW 90) di Purbalingga, Jawa Tengah.
- PW Nasional ke-8 (PW 93) di Lebakharjo, Malang – Comdeca 1 Internasional
- PW Nasional ke-9 (PW 95) di Bukit Rawi, Kalimantan Tengah
- PW Nasional ke-10 (PW 2000) di Pudahoa, Kendari, Sulawesi Tenggara
- PW Nasional ke-11 (PW 2005) di Aceh – Comdeca Asia Pasific
- PW Nasional ke-12 (PW 2010) di Aceh
- PW Nasional ke-13 (PW 2015) di Nusa Tenggara Barat
Pada tahun 2021 (sebagai pengganti tahun 2020 yang tertunda) akan diselenggarakan PW Nasional ke-14 di Jambi yaitu pada tanggal 8 sampai dengan 15 November 2021 mendatang. (cst)