YOGYAKARTA — Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Daerah Istimewa Yogyakarta (Kwarda DIY) mempunyai satu target khusus dalam mewujudkan Pramuka Istimewa. Pramuka yang khas dengan keistimewaan Yogyakarta, memahami nilai-nilai luhur dan tentunya mampu melestarikan budaya.
Mungkin sosok Pramuka Istimewa itu sudah banyak ditemukan di Yogyakarta. Namun, mereka yang nantinya dikukuhkan sebagai Pramuka Istimewa memang harus menyelesaikan Syarat Kecakapan atau Syarat Kompetensi yang saat ini masih terus digodok oleh Kwarda DIY.
Akan tetapi, di Yogyakarta ini banyak yang notabene menguasai salah satu keterampilan tertentu dalam kategori budaya dan dia juga seorang yang telah mencapai puncak tertinggi dalam golongan kepramukaan yaitu Pramuka Garuda, sepertinya sosok inilah yang mencerminkan Pramuka Istimewa.
Adalah Rr. Ajeng Andromeda Megananda Cita Mahkota, biasa dipanggil Ajeng, adalah sosok yang mungkin saja termasuk Pramuka Istimewa. Gadis kelahiran Agustus 2006 ini telah menjadi Pramuka Penggalang Garuda saat di satuan Gugusdepan SMP Negeri 1 Yogyakarta, Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Yogyakarta. Tahun 2021 lalu ia dikukuhkan.
Ajeng dikenal piawai dalam menari. Putri RM. Donny Surya Megananda S.Si., M.Ba ini sejak usia 2 tahun telah dikenalkan dengan budaya leluhur tersebut. Ajeng yang kini menjadi siswa baru di SMA Negeri 11 Yogyakarta tersebut menguasai berbagai tarian klasik seperti Tari Golek Ayun-Ayun, Tari gambyong, dan Tari Sekarpudyastuti.
Penampilan istimewanya dalam menari Sekarpudyastuti disuguhkan dalam acara Farewell Dinner untuk delegasi Pramuka Kaledonia Baru yang diselenggarakan di Joglo Pringgowarsiatmajan, Terwilen, Margodadi, Seyegan, Sleman, kediaman Kak Prof. Hj. Suwarsih Madya, M.A., Ph.D. (Kak Warsih), Sabtu (23/07/2022).
Ajeng menari Sekarpudyastuti dengan begitu luwes dan memukau para tamu undangan yang hadir dalam acara tersebut. Inilah sosok Pramuka Istimewa dalam tataran penguasaan budaya tertentu di Yogyakarta. Hal tersebut juga diamini oleh Kak Warsih, Wakil Ketua Kwarda DIY Bidang Kebudayaan dan Pengembangan Kearifan Lokal.
Selain menguasai tarian klasik, Ajeng juga mengaku sangat fasih dalam tarian kreasi seperti Tari Roro Ngigel dan Tari Merak. Ia juga pernah ikut Wayang Bocah atau Wayang Wong (orang) Sanggar Seni Kusuma Indria. Ajeng juga aktif mengikuti Dancer Naura (D’Nau) putri Nola Abthree.
“Tarian yang paling disukai adalah Wayang Bocah, karena prosesnya lebih banyak berinteraksi bersama teman, memiliki cerita untuk ditampilkan secara terbuka, dan memiliki ciri/keunggulan masing-masing tokoh yang diperankan tersebut,” ujarnya.
Ditanya kenapa suka menari, Ajeng menjelaskan karena sudah terbiasa berkegiatan tari, sehingga menari adalah sebagian dari aktivitasnya yang ia hobikan. Selain itu ia didukung pula oleh ayahnya yang juga seorang pegiat seni, pemilik museum Wayang Kekayon.
“Dengan menari saya memiliki kesenangan pribadi yang saya sendiripun dapat dengan mudah mengekspresikannya,” imbuh Ajeng yang juga penyandang gelar Duta Seni Pelajar DIY tahun 2020 dan Duta Seni Budaya DIY tahun 2021 itu.
Kepada generasi muda, utamanya pramuka, ia berharap semua bisa merasa terhormat dan bangga terhadap budaya yang dipunyai oleh bangsa ini dan tidak malu untuk mempelajarinya.
“Buktikan bahwa budaya Indonesia tidak jatuh ke tangan generasi yang salah,” tegasnya.
Pramuka Istimewa di Yogyakarta bukan lagi sebuah wacana saja, tapi wujud nyatanya sudah ada seperti yang ada pada diri Ajeng ini.
Kak Warsih dalam Workshop Pramuka Istimewa menyampaikan bahwa Pramuka Istimewa dapat mewujud dalam pengetahuan memadai tentang DIY meliputi sejarah, lingkungan fisik, dan sosial budaya bersama nilai-nilai utama dan cita-citanya.
Kemudian juga mewujud dalam perilaku sebagai amalan nilai-nilai luhur budaya Yogyakarta, serta kepedulian terhadap pembangunan dan kemajuan Yogyakarta.
__
CST-PusbangJusinfo