Latar Belakang
Kita yang mengabdi di kepramukaan tentu sangat merasakan betapa dahsyatnya dampak negatif pandemi Covid 19 yang melanda dunia. Proses pembinaan bagi anggota muda (peserta didik) tidak dapat dilaksanakan secara langsung karena pertemuan tatap muka antara Pembina dengan adik-adik peserta didik sangat dibatasi.
Padahal kita tahu bahwa proses pembinaan di gugus depan memerlukan bimbingan yang intensif dari Pembina Pramuka, terutama pembinaan bagi adik-adik di golongan Siaga dan Penggalang. Pemberian contoh-contoh, keteladanan sikap yang baik dan benar, bentuk-bentuk upacara pembukaan dan penutupan latihan, pelaksanaan pelatihan teknik-teknik kepramukaan, dan sebagainya tidak dapat dilaksanakan secara optimal.
Kegiatan-kegiatan tersebut sangatlah diperlukan oleh adik-adik peserta didik tersebut. Tentu hal ini sangat memprihatinkan bagi dunia kepramukaan di Indonesia, bahkan di seluruh dunia.
Korban Covid 19
Selama ini kita melihat pandemi dari beberapa sisi negatif, baik ditinjau dari aspek kesehatan, terhentinya aktivitas perdagangan, tutupnya wahana pariwisata, dampak buruk perekonomian di seluruh dunia, ribetnya perjalanan dengan pesawat maupun kereta api, dan sebagainya.
Hal ini memang tidak bisa kita pungkiri bersama. Berbagai-bagai upaya dilakukan untuk menanggulangi virus Covid19 dan upaya memutus rantai penyebaran virus yang mematikan ini. Di antara berbagai kebijakan dan perubahan, institusi pendidikan merupakan yang pertama diimbau “merumahkan” peserta didik dan pengajar (Alih Aji Nugroho, 2020).
Covid19 telah membawa korban di Indonesia dengan jumlah yang tidak sedikit. Bahkan sampai saat naskah ini ditulis, Covid19 masih memakan korban di Indonesia. Sampai dengan tanggal 29 Januari 2023 pukul 12.00 WIB, Covid19 telah menyebabkan 6.729.408 terkonfirmasi positif, dengan 6.564.136 sembuh, dan 160.802 jiwa meninggal dunia, serta masih terdapat 4.470 kasus aktif, dengan 18.796 spesimen, dan suspek 1.410. (Peduli Lindungi, 2 Februari 2023).
Jika melihat data korban Covid19 di seluruh dunia, kita akan mengelus dada, dan semakin tersadar akan kekuasaan Tuhan yang Maha Kuasa. Ternyata bahwa Covid19 telah menyebabkan 6,84 juta jiwa melayang dari 671 juta total kasus Covid19 di seluruh dunia (Our World in Data).
Dengan penyajian data ini, seharusnyalah kita tersadar bahwa kekuasaan Tuhan itu mutlak adanya. Dengan kuasa-Nya yang maha, akan dengan mudahnya Tuhan memanggil hamba-Nya hanya dalam bilangan waktu yang pendek saja.
Peran Pramuka: Duta Perubahan Perilaku
Bertepatan dengan Hari Pramuka ke-60, Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Komjen Pol Purn. Drs. Budi Waseso mengatakan, Kwartir Nasional telah membentuk Satuan Tugas Penanggulangan Covid-19, juga satuan-satuan sejenis di tingkat Kwartir Daerah, Cabang, sampai dengan Ranting.
“Berbagai upaya dalam rangka untuk membantu menanggulangi Pandemi Covid-19 telah kami lakukan, mulai dari lingkungan Gerakan Pramuka itu sendiri, antara lain menerapkan protokol kesehatan dengan ketat dalam setiap kegiatan, seperti melakukan test swab antigen sebelum melaksanakan acara. Kami menggerakkan 11.000 anggota Gerakan Pramuka sebagai Duta Perubahan Perilaku,” kata Budi Waseso.
Budi Waseso menjelaskan bahwa peran dari Duta Perubahan Perilaku yang dijaring dari anggota Gerakan Pramuka yang bertujuan untuk mensosialisasikan agar masyarakat dapat mematuhi protokol kesehatan.
Dampak Positif C19 dan Heutagogy (Self-Determined Learning): Paradigma Baru
Terlepas dari sisi negatif pandemi Covid19 dan melihatnya dari kacamata lain, ternyata kita menemukan juga dampak posiitif pandemi bagi pengembangan pendekatan pembelajaran dan pelatihan. Dan dampak positif pengembangan pendekatan pembelajaran ini, dapat kita adopsi ke dalam pengembangan pendekatan pendidikan di kepramukaan.
Setelah institusi pendidikan diimbau “merumahkan” peserta didik dan pengajar, maka dilakukanlah beberapa langkah. Dilakukanlah penelitian-penelitian dan pencermatan ulang terhadap pendekatan-pendekatan pembelajaran.
Salah satu pendekatan yang diketemukan di dalam pencermatan tersebut adalah pendekatan heutagogy yang sudah dikembangkan sejak tahaun 2000. Kemudian pendekatan tersebut juga dinyatakan sebagai Self-Determined Learning.
Beberapa waktu yang lalu –tepatnya awal Mei 2020, penerbit terkemuka Springer, mengeluarkan buku yang cukup fenomenal di bidang studi pendidikan. Buku ini berjudul “Exploring Heutagogy in Higher Education” dengan editor Amnon Glassner dan Shlomo Back.
Buku tersebut cukup berpengaruh di bidang kajian pendidikan. Salah satu poin menariknya yaitu klaim bahwa heutagogy merupakan pendekatan kontemporer yang paling holistik di era Distancing Learning yang memanfaatkan perkembangan TI.
Pernyataan tersebut mempertegas pernyataan bahwa pendekatan pedagogi dan andragogi tidak cukup pada praktik pengajaran jarak jauh (Anderson, 2010; Cochrane & Bateman, 2010;). Dengan kondisi pandemic Covid-19 proses pembelajaraan di hampir seluruh negara di dunia menggunakan mekanisme distance learning yang memanfaatkan teknologi informasi (Black and Glassner, 2020).
Heutagogy (berdasarkan bahasa Yunani untuk “diri”) didefinisikan oleh Hase dan Kenyon pada tahun 2000 sebagai studi pembelajaran yang ditentukan sendiri (mandiri).
Heutagogy menerapkan pendekatan holistik untuk mengembangkan kemampuan peserta didik, dengan belajar sebagai proses aktif dan proaktif, dan peserta didik melayani sebagai “agen utama dalam pembelajaran mereka sendiri, dan terjadi sebagai akibat dari pengalaman pribadi” (Hase & Kenyon, 2007, hal. 112).
Instruktur atau pendidik atau pembelajar pada heutagogy memfasilitasi proses pembelajaran dengan memberikan bimbingan dan sumber daya.
Akan tetapi, pemilihan kepemilikan jalur pembelajaran dan prosesnya merupakan hak pelajar/pebelajar. Mereka sendirilah yang melakukan negosiasi belajar, menentukan apa yang akan dipelajari, dan bagaimana hal itu akan dipelajari (Hase & Kenyon, 2000; Eberle, 2009) (lihat gambar 1).
Langkah-langkah pendekatan Heutagogy:
Pendekatan heutagogy mulai diterapkan dan dikembangkan di kalangan Perguruan Tinggi (PT) yang berlomba-lomba memindahkan proses pembelajaran dari lokasi PT ke rumah, melalui pembelajaran jarak jauh (PJJ). PJJ ini memanfaatkan berbagai fitur pada teknologi daring seperti video conferencing, surat elektronik, dan platform e-learning.
Melalui fitur-fitur inilah pembelajaran (perkuliahan) pembelajaran tatap muka di kampus dipindahkan ke pembelajaran kelas di dunia maya. Proses belajar mengajar dilakukan secara dalam jaringan (daring) menggunakan metode synchronous learning dan asynchronous learning.
Synchronous learning merupakan metode pembelajaran secara real time, pembelajar dan pebelajar melakukan pembelajaran tatap muka secara virtual pada waktu yang bersamaan (gambar 2). Sedangkan asynchronous learning merupakan pembelajaran yang tidak real time. Pembelajar memberikan materi dan pebelajar bisa mempelajarinya kapan pun (gambar 3).
Berikut ini ditampilkan ilustrasi metode-metode yang digunakan dengan pendekatan heutagogy:
Semasa pandemi, Gerakan Pramuka tidaklah berhenti berkegiatan. Berbagai-bagai kegiatan dilakukan, baik oleh Kwartir Nasional, Kwartir daerah, Kwartir Cabang, KKwartir Renting, se-Indonesia. Kegiatan-kegiatan tersebut tetap mempertimbanggkan aspek kesehatan pencegahan penyebaran Covid19, di antaranya kegiatan talkashow yang memanfaatkan platform aplikasi-aplikasi tertentu.
Penerapan heutagogy di lingkungan pendidikan mengharuskan fokus pengajaran dan pembelajaran bergeser ke pelajar/pebelajar. Untuk mencapai keterpusatan pada peserta didik dalam proses pendidikan, perubahan harus terjadi di seluruh sistem, menghasilkan peran yang dimodifikasi untuk pelajar, guru, dan institusi.
Pelajar/pebelajar menjadi lebih bertanggung jawab untuk menentukan jalur pembelajarannya (tujuan dan hasil) dan menilai pembelajaran, sementara guru mengadopsi peran yang lebih membimbing dan lembaga berperan sebagai jaringan pendukung. Sedangkan teknologi menyediakan dukungan yang mendasari untuk memajukan pembelajaran (Gambar 4). (Desain pembelajaran heutagogy dapat dilihat pada gambar 5)
Agar transisi di lingkungan pendidikan seperti itu terjadi, Blaschke & Hase (2015) merekomendasikan bahwa pendekatan holistik untuk desain pembelajaran harus dilakukan, yaitu dengan pendekatan yang mendukung elemen desain heutagogic seperti eksplorasi, kreasi, kolaborasi, refleksi, dan koneksi serta berbagi.
Implementasi desain heutagogic
Di kepramukaan, implementasi pendekatan heutagogy dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
- Kurikulum atau silabus Pramuka pada masing-masing golongan, kisi-kisi silabus Pramuka, materi kurikulum Pramuka, Buku Materi Kepramukaan, Fase-fase/tahapan menuju Pramuka dan materi-materi lainnya diunggah ke vlog/web/atau ke platform daring lainnya.
- Vlog/web/ atau lainnya dapat dibuka oleh adik-adik peserta didik atau pebelajar dan diunduh;
- Adik-adik peserta didik atau pebelajar secara merdeka memilih materi yang sesuai dengan golongannya dan yang akan menjadi fokus belajarnya;
- Adik-adik peserta didik atau pebelajar mempelajari materi yang telah dipilihnya, sampai dia mampu menguasai materi tersebut dan siap untuk diuji. Dalam hal ada materi yang dirasa sulit serta membutuhkan penjelasan lebih lanjut dari Pembina Pramuka, adik-adik tersebut mengajukan permohonan untuk diselenggarakannya pembelajaran dalam jaringan (daring), melalui platform tertentu (zoom, google classroom, maupun lainnya)
- Dilaksanakan pembelajaran daring dengan materi yang sesuai dengan permintaan peserta didik oleh Pembina Pramuka yang diikuti oleh peserta didik. Pembelajaran daring ini merupakan pembelajaran multi arah, meski menggunakan aplikasi tertentu.
- Adik-adik peserta didik atau pebelajar melakukan pendalaman lebih lanjut atas materi yang dipelajari tersebut.
- Adik-adik peserta didik atau pebelajar yang merasa sudah menguasai materi pembelajaran, dapat mengajukan permohonan ke Pembina Gugus Depan untuk diuji materi pilihannya.
- Dilakukan pengujian atas materi pembelajaran terhadap Adik-adik peserta didik atau pebelajar sesuai dengan permintaan adik-adik peserta didik atau pebelajar tersebut.
Untuk diimplementasinya pendekatan heutagogy di kepramukaan ini paling tepat pada golongan penegak, pandega, dan orang dewasa ketika mengikiti KMD, KML, KPD, mauapun KPL. Bagi adik-adik golongan siaga dan penggalang, -bukannya tidk bisa diterapkan- tetapi masih perlu dipertimbangkan beberapa hal lainnya. Namun demikian, gagasan ini perlu dilakukan kajian lebih lanjut. Demikianlah sekilas implementasi pendekatan heutagogy di kepramukaan.
Harapan-harapan
Agar lebih optimal dalam menerapkan pendekatan heutagogy di dunia kepramukaan, Puslitbang bersama Pusdiklat perlu melakukan kajian-kajian mendalam dan lebih lanjut.
Dalam kajian tersebut, perlu dipertimbangkan jumlah peserta didik di Indonesia, jumlah pembina, jumlah pelatih, jumlah pemilik ponsel atau ownphone yang lebih dikenal dengan handphone (HP), ketersediaan jaringan yang ada di Indonesia, jangkauan operator yang ada di Indonesia, dan sebagainya.
Sebagai informasi tambahan, penulis sampaikan bahwa berdasarkan hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), ada 210,03 juta pengguna internet di dalam negeri pada periode 2021-2022. (Dimas Bayu Jun 10, 2022 – 10:30 AM.) dan jumlah pengguna internet di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya.
Selanjutnya, berdasarkan hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), ada 210,03 juta pengguna internet di dalam negeri pada periode 2021-2022. Jumlah itu meningkat 6,78% dibandingkan pada periode sebelumnya yang sebesar 196,7 juta orang. Hal itu pun membuat tingkat penetrasi internet di Indonesia menjadi sebesar 77,02%.
Melihat usianya, tingkat penetrasi internet paling tinggi di kelompok usia 13-18 tahun, yakni 99,16%. Posisi kedua ditempati oleh kelompok usia 19-34 tahun dengan tingkat penetrasi sebesar 98,64%. Tingkat penetrasi internet di rentang usia 35-54 tahun sebesar 87,30%. Sedangkan, tingkat penetrasi internet di kelompok umur 5-12 tahun dan 55 tahun ke atas masing-masing sebesar 62,43% dan 51,73%.
Hal-hal semacam ini yang perlu dipertimbangkan dalam penerapan pendekatan heutagogy di kepramukaan. Dalam pelaksanaannya, untyuk menerapkan pendekatan heutagogy sampai ke tingkat gugus depan, bahkan sampai dapat dijalani oleh peserta didik sesuai dengan golongannya, perlu menyesuaikan sumber daya yang ada.
Sebagai sebuah gagasan, yang merupakan gagasan lanjutan dari adanya temuan pendekatan heutagogy, untuk diterapkan di kepramukaan, perlu dilakukan pendalaman lebih lanjut. Semoga Pramuka Indonesia semakin berkembang dan agar semakin dapat memberikan kontribusi terhadap Indonesia jaya.
Jaya Pramuka Indonesia, Jaya manusia Pancasila!
__
Penulis : Kak Drs. Edy Heri Suasana, M.Pd.
Wakil Ketua Kwarda DIY Bidang Organisasi, Manajemen, dan Hukum
_____
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Muhid,.2021.Heutagogi Memerdekakan Mahasiswa Belajar di Era Revolusi Digital. Intelegensia Media: Oktober 2021
Alih Aji Nugroho.2020. Birokrasi Berdaya. Activer Writer: 22 Sep 2020
Amnon Glassner.2020. “Exploring Heutagogy in Higher Education: Academia Meets the Zeitgeist” Editor Amnon Glassner dan Shlomo Back. Penerbit Springer
Anderson, dkk.2010. Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen (Revisi Taksonomi Pendidikaan Bloom). Yoggyakarta: Pustaka pelajar
Blaschke, T.2010.Object Based Image Analysis for Remote Sensing. ISPRS Journal of Photogrammetry and Remote Sensing, 65,2-16
Buku Panduan Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Daerah Istimewa Yogyakarta 2020-2025
Cochrane, T & Bateman, R.2010. Smartphones Give You Wings: Pedagogical Affordances of Mobile Web 2.0. United New Zealand
Diana Rafikasari.2021.“Gaya Hidup Baru Anggota Gerakan Pramuka Saat Pandemi Covid-19”. SINDOnews.com pada Sabtu, 14 Agustus 2021 – 23:01 WIB
Dimas Bayu.2022. “APJII: Pengguna Internet Indonesia Tembus 210 Juta pada 2022”.Editor: Dimas Bayu.https://dataindonesia.id/digital/detail/apjii-pengguna-internet-indonesia-tembus-210-juta-pada-2022.
Peduli Lindungi, 2 Februari 2023
World in Data, 2 Februari 2023