YOGYAKARTA — Puluhan anggota pramuka Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengikuti Sekolah Lapang Geofisika tahun 2021 yang diselenggarakan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) secara daring dan luring, Selasa (16/03/2021).
Dari data tim Kwarda DIY disampaikan ada lebih dari 40 anggota pramuka baik dari Kwarda DIY dan masing-masing Kwartir Cabang (Kwarcab) se-DIY yang mengikuti kegiatan ini secara daring melalui aplikasi zoom.
Kegiatan ini secara luring diselenggarakan di desa Glagah dan desa Kemadang, Kulon Progo, DIY yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman terhadap informasi dan mitigasi gempabumi dan tsunami.
Selain itu, kegiatan yang dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kesiapan Perangkat Desa, Komunitas Kebencanaan tingkat Desa dan Masyarakat terhadap potensi bencana gempabumi dan tsunami akan diselenggarakan selama dua hari hingga besok, Rabu (17/03/2021).
Secara resmi Sekolah Lapang Geofisika 2021 dibuka oleh Kepala BMKG Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc. yang hadir didampingi oleh para pejabat BMKG terkait di lokasi.
Dalam sambutannya, Kepala BMKG menyinggung kembali bahwa kegiatan ini untuk mengingatkan kembali akan adanya potensi-potensi bencana gempa bumi dan tsunami di wilayah-wilayah dengan risiko tinggi.
“Kenapa kita harus berkumpul di sini, kenapa repot-repot acara di sini, agar apabila sewaktu-waktu ada bencana gempa bumi dan tsunami, dengan sentuhan bapak ibu di sini, maka diharapkan tidak akan ada korban jiwa,” ujarnya.
Lebih lanjut mantan aktivis Saka Bhayangkara tersebut menyampaikan bahwa Gempa Bumi dan Tsunami tidak bisa diketahui kapan terjadi dan tidak akan dapat dicegah kejadiannya, meskipun sudah diprediksi oleh pihak-pihak terkait.
“Dengan kegiatan ini kita berharap kita bisa bersama-sama untuk menyiapkan dan berlatih, agar kita bisa menyelamatkan diri sendiri, anggota keluarga, dan tetangga, masyarakat sekitar kita,” imbuhnya.
Dwikorita juga menegaskan bahwa 95 % masyarakat bisa selamat dari bencana Gempa dan Tsunami adalah karena diselamatkan oleh komunitas itu sendiri. Pemerintah menyediakan sarana dan prasana, peta evakuasi, serta informasi zona bahaya ada di mana, zona aman ada di mana.
Ia juga mengingatkan untuk bisa selalu melakukan pengecekan kesiapsiagaan di tingkat desa atau skala mikro, seperti peta desa, jalur evakuasi, rencana tindak lanjut, penguatan tim siaga bencana desa, serta kelengkapan sarana prasarana.
“Lurah, camat, dan bersama dengan karang taruna, atau tagana, atau BPBD menyiapkan peta desa dengan referensi peta dari BMKG,” tandasnya.
Pihaknya juga menegaskan bahwa masyarakat Indonesia punya Pramuka yang karakternya sudah terbentuk untuk selalu siaga dan waspada. Setiap desa/kelurahan atau kecamatan, pasti akan ada pramuka.
“Mohon para pramuka ini juga bersama-sama untuk terlibat dalam kegiatan ini. Jangan lupa ada pramuka, bersama-sama untuk menyiapkan mitigasi bencana,” tegasnya.
Usai sambutan dan membuka secara resmi kegiatan, Kepala BMKG menyerahkan secara simbolis seminar kit kepada perwakilan peserta dilanjutkan dengan penyerahan cinderamata kepada pihak terkait.
Diketahui bahwa kegiatan yang diselenggarakan selama dua hari tersebut diisi dengan paparan materi dari para ahli secara daring di hari pertama. Pada hari kedua diisi dengan kegiatan Table Top Exercise (TTX) secara luring oleh peserta dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan COVID-19. (cst)