YOGYAKARTA — Raimuna Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta (Raimuna DIY) 2024 akan diselenggarakan di Bumi Perkemahan Kompleks Candi Banyunibo, Sleman, pada 22 sampai dengan 25 Agustus 2024 mendatang.
Candi Banyunibo merupakan salah satu destinasi wisata di Sleman yang dipenuhi dengan relief dan ornamen dengan berbagai macam corak.
Candi Banyunibo terletak dekat dengan kompleks Ratu Boko, Candi Barong, dan Candi Ijo. Bahkan, wilayah sekitar candi ini juga kaya akan situs-situs candi yang tersebar di beberapa dusun di sekitarnya. Penemuan candi ini terjadi ketika semua bangunannya telah roboh, dan proses penggalian serta penelitiannya dimulai pada tahun 1940-an.
Candi ini dibangun dengan batu andesit yang menawan, berdiri kokoh di Dusun Cepit, Bokoharjo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Pembangunan candi diperkirakan pada abad ke-9 Masehi, Candi Buddha ini merupakan salah satu peninggalan Kerajaan Mataram Kuno yang masih berdiri kokoh hingga saat ini.
Nama “Banyunibo” mengandung makna “air jatuh menetes” dalam bahasa Jawa, meskipun tidak ada tanda-tanda tetesan air atau pun sumber air di sekitar bangunan candi tersebut.
Lokasi ini merupakan sebuah tempat peribadatan bercorak Budha, di mana eksistensinya disinyalir sudah ada sejak masa Kerajaan Mataram Kuno. Corak kepercayaan Budha dapat ditemukan pada puncak candi yang memiliki stupa.
Adapun corak yang paling menonjol adalah relief tentang Sang Dewi Kesuburan, Dewi Hariti. Dewi ini dipercaya oleh umat Budha mampu memberikan kesuburan kepada manusia. Boleh jadi didirikannya candi yang terpencil ini bertujuan untuk mengagungkan Dewi Hariti.
Pada bagian kaki candi, dindingnya dibagi menjadi beberapa bidang yang dihiasi dengan pahatan berupa motif tumbuh-tumbuhan yang muncul dari pot bunga. Candi utama menghadap ke arah barat dan terletak di antara ladang tebu dan sawah.
Dari reruntuhan di sekitarnya, diperkirakan ada enam candi perwara berbentuk stupa yang mengelilingi candi utama di bagian selatan dan timur. Sayangnya, candi perwara ini terbuat dari batu putih yang mudah aus, berbeda dengan batu andesit yang digunakan untuk candi utama.
Dahulu, candi ini sempat dijuluki Si Sebatang kara oleh masyarakat setempat, karena lokasinya yang terpencil, jauh dari candi-candi lainnya di wilayah serupa. Kemudian, ditemukan dua patung singa di depan candi ini, persis di sisi kiri dan kanan pintu masuk. Komponen ini seolah menguatkan asumsi warga tentang julukan atas Banyunibo.
Ada bunga padma yang tampak megah di puncak Candi Banyunibo. Bunga yang biasanya mengapung di atas air ini menambah nilai estetika candi minimalis tersebut saat dipandang lama-lama.
Bunga air ini diyakini oleh penganut Buddha sebagai kendaraan bepergian para dewa. Jadi, lebih dari sekedar stupa yang melengkapi bangunan kuno tersebut, bunga padma juga menyimpan spiritualitas dari orang-orang yang memercayainya.
Hal menarik yang ada di destinasi ini adalah cantiknya sunset. Sunset adalah sesuatu yang lumrah di mana dapat kita saksikan hampir setiap harinya. Namun, sunset di Candi Banyunibo akan memberikan sensasi berbeda.
Matahari yang megah akan terlihat semakin megah saat tenggelam dengan latar candi minimalis ini. Apalagi, ada banyak rerumputan hijau di sekeliling kompleks. Perpaduan hijau dan jingga siap menemani peralihan sore ke malam yang singkat di sini.