YOGYAKARTA — Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Daerah Istimewa Yogyakarta (Kwarda DIY) selenggarakan pembekalan kontingen Jambore Pramuka Sedunia ke-25 di Kompleks Bumi Perkemahan Taman Tunas Wiguna Babarsari.
Pembekalan yang dilakukan sebagai salah satu upaya memperkuat persiapan kontingen ini dilaksanakan selama dua hari mulai 22 Juli sampai dengan 23 Juli 2023 diikuti oleh 24 peserta dan 1 pembina pendamping.
Setelah dilaksanakan bangun tenda, peserta kemudian mengikuti pembukaan kegiatan secara resmi di Aula Kwarda DIY dihadiri sekaligus dibuka oleh Kak Drs. Arifin Budiharjo, Wakil Ketua Kwarda DIY Bidang Pembinaan Anggota Muda (Binamuda).
Dalam sambutannya, Kak Arifin menekankan pentingnya menjaga kesehatan, sikap, dan mental sebelum keberangkatan yang tinggal menghitung hari. Pada pembekalan ini akan memperkuat apa yang telah diterima sebelumnya.
Kak Arifin berpesan agar apa yang sudah dipersiapkan selama ini oleh orang tua, relawan, serta dari tim yang lainnya akan ditambahkan sedikit untuk merpertajamnya.
Pihaknya juga menginformasikan kepada seluruh peserta pembekalan bahwasanya akan ada pelepasan secara khusus oleh Gubernur DIY yang dijadwalkan pada hari Rabu, 26 Juli 2023 pukul 09:00 di Kompleks Kepatihan.
Selain itu, Kak Arifin juga mengingatkan bahwa di SaeManGeum, Jeollabuk-do, Korea Selatan iklim dan suasananya berbeda. Hal tersebut dapat mempengaruhi diri kita.
“Maka gunakan kesempatan sebaik-baiknya. Perkemahan di gerakan Pramuka akan kembali pada kita, entah menjadi pengalaman ataupun tidak akan menjadi biasa-biasa saja, jika hanya melakukan tanpa mencari ilmu ataupun kesempatan menambah pengalaman,” ujar Kak Arifin.
Menurut Kak Arifin, tidak semua orang di DIY berkesempatan untuk bisa berkegiatan dengan puluhan ribu pramuka sedunia di satu tempat. Kak Arifin meminta agar semua bisa memanfaatkan dengan sebaik-baiknya
“Kelak ketika DIY berkesempatan menyelenggarakan kegiatan internasional, maka anda semua yang akan membantu kegiatan,” pintanya.
Kak Arifin juga menambahkan bahwa kepramukaan di Indonesia tidak sepenuhnya sama dengan kepramukaan di luar negeri. Dalam situasi global, semuanya serba seakan-akan serba boleh, justru yang memfilter itu adalah diri kita sendiri.
“Dasarnya adalah budaya dan falsafah negara kita, agama itulah yang memfilter yang menjadikan kita boleh atau tidak apakah hanya mau melihat atau tidak disitulah keagamaan dan budaya ke-Indonesiaan kita harus menjadi ujung tombak untuk membatasi terhadap kegiatan-kegiatan yang global,” pesannya.
Selama dua hari pembekalan, peserta akan mendapatkan beberapa penajaman materi seperti dinamika kelompok, profil kontingen, sharing session, potensi wisata dan kuliner DIY, wawasan kegiatan pramuka internasional, persiapan pentas seni, termasuk materi jurnalistik. (ksl/cst)