Bapak Pandu Dunia, Baden-Powell memang salah satu tokoh internasional yang paling berpengaruh dan memberikan banyak pembelajaran bagi kita semua. Tidak hanya dalam bidang kemiliteran, kepanduan, juga hal lainnya.
Pemilik nama asli Robert Stephenson Smyth Baden-Powell ini diketahui pernah mendapatkan sedikitnya 35 penghargaan selama hidupnya dari berbagai negara sejak tahun 1895.
Selain menerima puluhan penghargaan, suami dari Olave St. Claire (Mother of Millions) ini juga memperoleh gelar kehormatan dari berbagai universitas di dunia.
Setidaknya ada 6 gelar kehormatan yang disandang oleh Baden Powell, yang ia terima sejak tahun 1910, yaitu :
- Doktor Kehormatan di bidang hukum dari Universitas Edinburg, diterima pada tahun 1910
- Doktor Kehormatan dari Universitas Toronto, Canada, diterima pada tahun 1923
- Gelar Doktor dari Universitas McGill di Montreal, Canada (tahun penerimaan tidak tersebutkan)
- Gelar kehormatan Doktor Ilmu-ilmu sosial dari Universitas Oxford, diterima pada tahun 1923
- Gelar kehormatan dari Universitas Liverpool yang diterima pada tahun 1929
- Gelar kehormatan dari Universitas Cambridge, diterima pada tahun 1931.
The Chief Scout of The World saat itu mengenakan seragam dengan jubah doktor merah. Dikutip dari cambridge district scout archive, Baden Powell dalam pidatonya mengatakan bahwa keprajuritannya di Mafeking membuatnya begitu terkenal dan populer, sehingga anak laki-laki Inggris memilihnya sebagai teladan mereka dalam banyak kebajikan dan patriotisme.
Bukan hanya penghargaan dan gelar kehormatan. Baden-Powell juga mewariskan buku-buku yang hingga saat ini muatan keilmuannya masih relevan untuk digunakan. Setidaknya ada 30 buku yang ia tulis, 12 buku di antaranya berisi tentang kepanduan.
Baden-Powell meninggal pada 8 Januari 1941 dan meninggalkan pesan istimewa untuk anggota Gerakan Pramuka di seluruh dunia. Meninggalkan ilmu yang sangat bermanfaat dan terus digunakan, dikembangkan hingga saat ini termasuk di Indonesia.
Dari dokumentasi perjalanan Baden-Powell bersama istrinya, diketahui bahwa keduanya pernah berkunjung ke Indonesia pada tahun 1934. Saat itu mereka mengunjungi Djakarta (Batavia), Semarang, dan Soerabaja.
__
CST-PusbangJusinfo