YOGYAKARTA — Ketua Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Daerah Istimewa Yogyakarta (Kwarda DIY) Kak GKR Mangkubumi menjadi salah satu narasumber dalam program Jagongan Rebo di JB Radio dengan mengusung topik Sekolah Aman, Rabu (06/09/2023).
Disiarkan secara langsung melalui kanal Youtube JBRadio, Balai Tekkomdik DIY dan juga kanal youtube BPBD DIY, turut dihadirkan pula Kak Noviar Rahmad selaku Plt. Kepala Pelaksana BPBD DIY serta Kak Didik Wardaya, Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga DIY.
Kak GKR Mangkubumi dalam keterangannya menyampaikan bahwa Gerakan Pramuka seak tahun 2007 telah mempunyai Petunjuk Penyelenggaraan Manajemen Risiko, kemudian dilanjutkan dengan Petunjuk Teknis Pramuka Peduli Penanggulangan Bencana. Hal itu menjadi konsentrasi pramuka untuk bergerak dalam kebencanaan.
Kemudian terkait dengan penanggulangan bencana, Kak GKR Mangkubumi menegaskan bahwa perlu adanya pelatihan-pelatihan baik untuk pembina maupun peserta didik di gugusdepan, agar siap dalam menghadapi bencana yang bisa terjadi kapanpun.
“Edukasi berkelanjutan, bersinergi dengan dinas pendidikan, BPBD, Kwarnas, Kemenpora, BNPB, dan lembaga-lembaga terkait agar sedini mungkin bisa menanggulangi bencana di gugusdepan,” terangnya.
Pihaknya juga menyebutkan bahwa Pembina Pramuka merupakan agen-agen yang bisa menjadi edukator untuk sekolah aman bencana. Sehingga perlu terud didorong kakak-kakak di Gerakan Pramuka bisa mendapatkan sertifikat dan profesional bisa menanggulangi bencana dimanapun dan siap kapanpun.
“Kolaborasinya mengikuti dari keputusan dari Kwartir Nasional. Realisasi di daerah bersama-sama dengan dinas pendidikan yang punya sekolah dan BPBD yang punya pelatih,” ujarnya.
Kak GKR Mangkubumi menggarisbawahi bahwa semua harus bersama-sama menyiapkan anggota Gerakan Pramuka lintas usia, untuk waspada dengan kebencanaan yang dibekali dengan edukasi kebencanaan.
Terkait dengan pola pembelajaran di Gerakan Pramuak tentu disesuaikan dengan golongan yang ada, baik itu Siaga, Penggalang, Penegak, dan Pandega.
“Misalnya edukasi learning by doing untuk anak-anak, bisa memberikan edukasi sambil bermain, dan usia lainnya beragam, termasuk di anak-anak berkebutuhan khusus, di Pramuka punya pelatih yang punya spesialisasi di sana,” terangnya.

Disampaikan bahwa tidak perlu banyak teori untuk adik-adik, sehingga pemahaman dan pengetahuan bisa terlatih dan terbiasa dalam mengenal serta menanggulangi bencana.
“Pelatihan tidak hanya 1 hari saja, namun minimal 5 hari sampai 7 hari,” tegasnya.
Menurut Kak GKR Mangkubumi dengan adanya spesifikasi dan sertifikasi bagi relawan kebencanaan dari Gerakan Pramuka, akan bisa lebih profesional dan regenerasi dari pelatih-pelatih yang ada dan termasuk kaderisasi di dalamnya.
Selain itu mengenai CSR dan Philanthropy, Kak GKR Mangkubumi yang juga aktif di sana menyatakan bahwa mereka siap jika untuk diajak. Kak GKR Mangkubumi menjelaskan bahwa semua perusahaan atau lembaga pasti punya program terkait dengan kebencanaan.
“Yang terpenting adalah bisa menjelasakan kebutuhannya dengan program yang jelas, karena mempertanggungjawabkan ke perusahaan, dari pembangunan sekolah sampai kebutuhan vitamin bagi penyintas. Tergantung permintaan kita apa, apa cukup jangka pendek atau jangka panjang,” urainya.
Lebih lanjut disampaikan bahwa perusahaan-perusahaan ini rata-rata siap untuk program kebencanaan, tentu karena keterbatasan pendanaan dari pemerintah, sehingga bisa berkolaborasi dengan semua unsur yang terlibat dalam kebencanaan. (cst)