Kita harus berada di rumah di musim pandemi COVID-19, sementara hujan masih berlangsung di beberapa tempat. Hujan, perubahan cuaca basah dan kering memicu para satwa untuk berpindah tempat sembunyi dan cari mangsa. Tak terkecuali ular yang merupakan satwa liar dengan habitat terdekat dengan manusia.
Lalu, apa yang harus dilakukan di rumah ketika ada ular masuk? Atau bahkan mungkin malah ada korban gigitan ular di lingkungan kita sementara Rumah Sakit juga sedang fokus penanganan pasien COVID-19 ?
Berikut ulasan dan tips dari Yayasan Sioux Ular Indonesia.
- Ular pada dasarnya takut pada manusia, dia tidak dengan sengaja memasuki pemukiman warga jika tidak ada mangsa di sana.
- Ular tidak membuat sarang, juga tidak tinggal menetap membuat teritori seperti musang misalnya. Ular adalah satwa nomaden yang tempat tinggal cari makannya selalu berpindah-pindah.
- Ular adalah satwa soliter, tidak berkelompok, tidak tinggal bersama induknya. Sejak menetas telur dia sudah hidup sendiri. Induknyanya pun tidak mengerami dan menetap, jadi tidak perlu ditakuti.
- Ular selalu berganti kulit, durasi 30-40 hari tergantung makanan dan perkembangan badannya. Bekas kulit yang ditemukan di dalam rumah/garasi/kebun tidak berarti bahwa ularnya masih di sana. Ular akan berpindah mencari makan setelah berganti kulit.
- Ular tidak suka bau menyengat yang menganggu indra penciumannya. Karenanya area yang wangi dan bersih tidak disukai ular untuk tempat sembunyi. Sebaliknya, ular suka sudut/lubang/ area yang lembab gelap dan jarang dibersihkan di dalam rumah.
- Pasang jebakan tikus untuk mengurangi populasi tikus di dalam dan di lingkungan rumah karena bau tikus mengundang kehadiran ular ular liar di sekeliling hunian.
- Tidak perlu panik jika melihat ular di kebun kosong sebelah rumah, pagar cluster, tepi sungai selokan sekitar rumah karena itu habitat mereka. Justru jika area ini dibersihkan, ular malah akan masuk ke dalam rumah mencari makanannya. Biarkan ular hidup berdampingan dengan kita di habitatnya.
- Jika kita tinggal di tepi sawah/kebun terbuka, maka langkah rutin pembersihan di dalam rumah menjadi aksi aktif mencegah ular masuk rumah, bukan dengan menangkapi ular yang di sawah.
- Jika bertemu ular di dalam rumah maka lakukan 3 Langkah Penting,
- STOP (Silent – Think – Observe – Prepared)
- Foto ular dr jarak aman tapi jangan di pegang, amati arah pergerakannya
- Panggil tim Snake Rescue atau Pemadam Kebakaran terdekat
- Jika ada yang tergigit ular, maka tindakan pertama gigitan ular saat di rumah adalah sebagai berikut :
- Jangan Panik
- Jangan Diikat
- Jangan di Sobek/ insisi
- Jangan di Sedot / hisap
- Lakukan pembidaian / imobilisasi
- Jangan tergesa-gesa dibawa ke rumah sakit. Tenangkan korban, jangan digerakkan.
- Foto ular dan cari spesies jenisnya. Apakah berbisa tinggi ? Ataukan medium atau bahkan mungkin tidak berbisa ? Pastikan dengan konsultasi ke group-group kelompok reptile atau ke group Ular Indonesia di Facebook.
- Dapat pula kirim foto ular ke wa.me/628176800446 ( Sioux Snake Rescue)
- Jika ular yang menggigit Tidak Berbisa, maka penanganannya :
- Bersihkan luka dengan antiseptik
- Perhatikan titik luka ada gigi ular yang tertinggal kah? Kalo iya, gunakan kartu atm
Untuk mengeluarkan gigi yang tertinggal dengan cara menggeser tekan pelan agar gigi terlepas. - Jika ada pendarahan terbuka karena luka sobek akibat gigitan ular besar, lakukan 3T ( Tekan – Tahan – Tinggikan). Upaya menghentikan pendarahan terbuka sangat penting di menit-menit pertama penanganan agar korban tidak kehabisan darah.
- Bawa ke Rumah Sakit/fasilitas kesehatan untuk penanganan pendarahan terbuka.
- Tidak perlu diberi Serum Anti Bisa Ular/Biosave karena ular yang menggigit tidak berbisa. Jika pihak medis menyarankan diberi Serum Antibisa ular, pasien dan keluarga boleh menolak dengan mengisi form khusus. Selain tidak bermanfaat, hal tersebut justru berdampak tidak baik bagi korban, pemberian SABU yang terbatas produksinya ini akan terbuang percuma dan juga mahal.
- Korban diminta istirhat dan diberi asupan makan minum yang bergizi
- Jika Digigit ular berbisa tinggi :
- Tenang kan korban
- Amankan ular yang menggigit, jangan sampai ada korban lagi atau tertangani dengan tidak baik.
- Lakukan pembidaian, pemasangan dua bilah kayu/bambu/ penanahan lain di sekitar luka dan dibalut dengan perban/mitela kain. Sendi sekitar daerah luka gigitan jangan digerakkan. Ini untuk mempertahankan hanya di Fase Lokal.
- Baringkan korban, jangan tergesa-gesa dipindahkan
- Jaga ABC (Airway : Buka jalan nafas, Breathing : pastikan korban bisa bernafas dengan lancar, Circulation : pastikan sirkulasi udara baik)
- Panggil ambulan, jelaskan situasinya dan pastikan korban tidak banyak bergerak. Perjalanan ke fasilitas kesehatan harus dilakukan dengan hati hati dan kondisi pasien stabil agar tidak fatal.
- Setelah di fasilitas kesehatan akan di observasi 2 x 24 jam. Tindakan medis didasari hasil cek darah dan lain-lain.
- Jika penanganan pertama ini benar, dan korban tidak masuk fase Sistemik (berdasarkan hasil cek laboratorium di RS) maka korban tidak perlu di beri Serum Anti Bisa Ular.
- Jika masuk sistemik, maka harus di beri Serum Anti Bisa Ular
CATATAN
- Indonesia memiliki 77 spesies ular berbisa tinggi
- Tapi, Indonesia baru memiliki serum anti bisa ular untuk 3 spesies ular saja yaitu ular Kobra, Ular Welang, dan Ular Tanah
- Selain 3 ular tersebut, serum harus impor dari luar negri
- Tujuan Imobilisasi/ pembidaian saat menit-menit pertama tergigit ular agar efek gigitan pada korban hanya sampai Fase Lokal saja. Jika bisa dipertahankan di fase lokal, maka tidak perlu SABU.
- Korban harus tetap di bawa ke RS untuk observasi selama 2 x 24 jam
Artikel ini akan dibuat secara berkelanjutan dengan topik-topik khusus tentang ular yang juga sebagai salah satu Materi Umum di Kepramukaan. Tulisan akan dibuat oleh tim dari Yayasan Sioux Ular Indonesia.
Waspada, Tapi Jangan Bunuh Ular
#JanganBunuhUlar
#StayAtHome