YOGYAKARTA — Ratusan peserta nampak memenuhi ruang utama Bumi Perkemahan Babarsari Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Daerah Istimewa Yogyakarta (Kwarda DIY), Rabu (11/03/2020) mengikuti Kelas Extra Pembinaan Pramuka Jogja (KePPo) session 4.
Tema yang di kupas dalam KePPo #4 yang diselenggarakan oleh Bidang Pembinaan Anggota Muda bersama Dewan Kerja Daerah DIY ini adalah Membangun Budaya Aman di Kegiatan Pramuka DIY – Safety Awareness.
Pembicara yang dihadirkan adalah para pakar dalam dunia Manajemen Risiko Kegiatan, seperti, Kak Bayu Tresna (Andalan Nasional, Master di bidang Risk Management) dan Kak Laiyin (Andalan Nasional, WOSM Consultant Team for Safe From Harm dan Member of Adults In Scouting Sub-Committee di Asia Pasific Region (APR) Scouts, Pelatih Nasional).
Selain itu, ada juga Kak Ayik (Ahli K3 – Risk Management, Penulis Buku tentang Analisa Risiko) dan Kak Bambang Sasongko (Andalan Nasional, Fasilitator di BNPB, Asesor LSP PB).
Dimoderatori oleh kak Aji Rahmat, Andalan Daerah Binamuda, peserta nampak antusias mengikuti berbagai paparan yang disampaikan oleh para narasumber yang juga merupakan Fasilitator dan Instruktur dalam Pelatihan Manajemen Risiko Jogja International Scout Camp (JISC) 2020.
Dalam paparannya, Kak Bayu Tresna menyebutkan bahwa pramuka adalah kegiatan menarik dan menantang di alam terbuka. Salah satu wujud kegiatannya adalah berpetualang.
“Kita lakukan latihan setiap minggu, supaya Pramuka bisa berkemah dan mengembara. Supaya kita sanggup menata rumah tangga dan masa depan. Supaya bisa hidup dan menghidupi keluargamu,” ujarnya.
Pihaknya menegaskan bahwa kita harus menaikkan tingkat petualangan, bisa menjadi manusia yang unggul karena sudah terlatih berpetualang.
“Pramuka punya daya juang, jangan lemah. Punya daya jelajah, daya saing. Apabila semua dimiliki, maka menjadi manusia yang bahagia,” imbuhnya.
Dalam kegiatan yang diikuti oleh unsur pembina, pelatih, dewan kerja, dewan saka, dewan racana, dewan ambalan, juga panitia JISC 2020 ini, Kak Laiyin Nento, menyampaikn tentang kebijakan dari kepanduan dunia bahwasannya lingkungan berlatih Pramuka adalah harus lingkungan yang aman, nyaman, dan selamat.
“Safe from harm, aman dari bahaya menjadi policy WOSM. Sudah bukan saatnya lagi di Pramuka ada bulliying atau perundungan, tidak ada kekerasan fisik, perkataan tidak mengenakkan, pelecehan sexual, pengabaian,” tegasnya.
WOSM Consultant Team for Safe From Harm ini juga menjelaskan bahwa kondisi ini sering terjadi tidak hanya antar anak-anak, bisa juga anak-anak dengan orang dewasa atau orang dewasa dengan orang dewasa.
Sementarai itu, Kak Ditra Ayi Kurniawan yang biasa disapa Kak Ayik mengungkapkan bahwa risiko itu selalu mengikuti kegiatan dan risiko itu bisa dihitung. Menurutnya, mengelola risiko harus dari sebuah tim. Ada yang membuat kebijakannya, ada yang menjalakannya di manajerial, dan ada yang hanya di level lapangan.
“Kita tidak bisa menghindari risiko, tapi bisa Mengelola risiko, mengendalikan risiko asal punya sistem yang benar, yang perlu dibuat di level Gudep, Kwartir adalah sebuah sistem,” ujarnya.
Lebih lanjut Kak Ayik memberikan contoh saat sebagai pelaku di lapangan, maka perannya hanya sebatas apa, peran manajerial sejauh apa, dan seterusnya.
Tidak kalah menariknya yang disampaikan oleh Kak Kokok, sebutan akrab Fasilitator di Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) ini. Menurutnya, kegiatan Pramuka ada di alam terbuka, maka Manajemen Risiko menjadi penting.
“Pangkalan gugusdepan yang kebanyakan di sekolah, maka Pramuka juga bagian dari Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB),” paparnya.
Kak Kokok memberikan penegasan bahwa Pramuka adalah komunitas yang besar yang dapat digerakkan untuk mengedukasi manajemen bencana. SPAB merupakan upaya meminimalisir dampak risiko dengan melibatkan semua stakeholder di pangkalan, mulai dari kepala sekolah, guru, karyawan sampai penjaga malam bahkan juga pembina.
Selain itu, Kwartir sebagai fungsi pembinaan wilayah dalam hal ini Kwarda DIY telah membuat Standar Operasi Prosedur (SOP) kegiatan alam terbuka yang bisa digunakan di level gugusdepan bagi pembina, mabigus dan para pengurus kwartir. (fdg/cst)