LATAR BELAKANG
Sejarah panjang perjuangan bangsa Indonesia meraih kemeredekaan dan menegakkan Republik Indonesia ternyata telah menorehkan para pahlawan dan tokoh Nasional yang berasal dari Gerakan Kepanduan (nama Gerakan Pramuka pada masa Kemerdekaan), antara lain bisa dicatat: SP Mangkunegoro IV, KH Achmad Dahlan, Jenderal Sudirman, KH Agus Salim, HOS Tjokroaminoto, AM Sangaji Soerjopranoto, Kasman Singodimejo, Moh. Toha, WR Soepratman, Dr. Bahder Djohan, Slamet Riyadi, Sunario Sastrowardoyo, Dr. Muwardi, Wilopo, dan hingga sekarang bisa dicatat Sri Sultan Hamengkubuwono IX (Bapak Pramuka Indonesia), HS Mutahar, Azis Saleh, Mashudi, dan Tokoh Nasional lainnya.
Bahkan ternyata banyak tokoh-tokoh besar bangsa ini yang aktif dalam Gerakan Kepanduan baik melalui wadah perintis Kepanduan seperti KBI maupun organisasi Kepanduan lainnya seperti Javaansche Padvinders Organisatie (JPO), Hizbul Wathan, INPO (Indonesische Nationaal Padvinderij Organisatie), Wal Fadjrie, Nationaal Padvinderij dari Budi Utomo, Jong Java Padvinderij (JJP), Sarekat Islam Afdeling Pandu (SIAP), Pandu Pemoeda Sumatera (PPS) dari Jong Sumatranen Bond, serta Nationaal Padvinderij Organisatie (Natipij) dari Jong Islamieten Bond (JIB). (sumber Museum Sumpah Pemuda, Jakarta).
Tokoh-tokoh tersebut bersama dengan elemen Bangsa lainnya telah berjasa untuk menegakkan kemerdekaan dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, artinya apabila bisa dikiaskan masing-masing berperan menegakkan pilar-pilar Rumah Besar Bangsa Indonesia. Baik dalam arti ikut serta membangun pondasinya, mendirikan tiang-tiang penyangganya, menyusun atapnya maupun melengkapi isi Rumah Besar sebagai Bangsa.
Peran dan jasanya bukan dihasilkan dalam waktu yang singkat namun mereka ditempa jiwa dan karakternya dalam wadah pendidikan Kepanduan atau yang sekarang kita kenal dengan pendidikan Kepramukaan. Menurut Bapak Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara untuk membangun sistem Pendidikan Nasional diperlukan terlaksananya proses pendidikan secara sinergis dalam kerangka Tri Pusat Pendidikan, yakni pendidikan di lingkungan Keluarga (informal education), pendidikan di lingkungan sekolah (formal education) dan pendidikan di lingkungan masyarakat (nonformal education). Nah pendidikan Kepramukaan sejatinya terletak di lingkungan ketiga atau di lingkungan masyarakat yang dikenal juga sebagai nonformal education.
Di lingkungan pendidikan yang lebih mengutamakan kegiatan di luar (out door activities) atau lingkungan alam serta bakti terhadap masyarakat dan bangsa, anak didik di dalam Gerakan Pramuka ditempa kejiwaan, kepribadian dan karakternya dipersiapkan menjadi warga negara yang siap “menjalankan kewajibannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia, mengamalkan Pancasila, menolong sesame hidup, ikutserta membangun masyarakat serta menepati Dasa Darma” yang tercantum secara jelas dalam Satya Pramuka. (sumber Undang-undang RI Nomor 12 tahun 2012 tentang Gerakan Pramuka).
PENGERTIAN WAWASAN KEBANGSAAN DAN INTERGITAS BANGSA
Rumah Besar Bangsa Indonesia seperti tersebut di atas bisa dibangun atas dasar prinsip-prinsip Wawasan Kebangsaan dan Integritas Bangsa. Apa itu pengertian yang dimaksud dengan Wawasan Kebangsaan dan Integritas Bangsa?
Wawasan Kebangsaan lahir ketika bangsa Indonesia berjuang membebaskan diri dari segala bentuk penjajahan, seperti penjajahan oleh Portugis, Belanda, Inggris, dan Jepang. Perjuangan bangsa Indonesia yang waktu itu masih bersifat lokal ternyata tidak membawa hasil, karena belum adanya persatuan dan kesatuan, sedangkan di sisi lain kaum kolonial terus menggunakan politik “devide et impera”. Kendati demikian, catatan sejarah perlawanan para pahlawan itu telah membuktikan kepada kita tentang semangat perjuangan bangsa Indonesia yang tidak pernah padam dalam usaha mengusir penjajah dari Nusantara.
Wawasan Kebangsaan itu dapat diungkapkan dengan rasa kebangsaan yang mempunyai pengertian sebagai berikut: Pertama, rasa kebangsaan mengandung arti adanya rasa satu dalam suka dan duka, serta dalam kehendak untuk mencapai kebahagiaan hidup lahir batin dalam ikatan kebersamaan sebagai sebuah bangsa. Kedua, rasa kebangsaan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam mempersatukan bangsa, dan merupakan titik temu antara beragam kepentingan bangsa Indonesia yang multietnis serta mempunyai keanekaragaman agama dan latar belakang kebudayaan.(Perguruan Tamansiswa, 25, 2012).
Wujudnya rasa kebangsaan itu ialah dalam umumnya mempersatukan kepentingan bangsa dengan kepentingan diri sendiri, nasibnya bangsa dirasakan sebagai nasibnya sendiri, kehormatan bangsa ialah kehormatan diri, demikianlah seterusnya. (Ki Hadjar Dewantara, 6, 2013).
Sedangkan pengertian Integritas Bangsa adalah suatu upaya untuk mempersatukan atau menggabungkan berbagai perbedaan pada kelompok budaya atau kelompok sosial di dalam satu wilayah sehingga membentuk suatu kesatuan yang harmonis di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika. Dengan kata lain, integritas bangsa adalah hasrat dan kesadaran untuk bersatu sebagai satu bangsa yakni bangsa Indonesia. Integritas bangsa dapat dilihat secara politis dan secara antropologis.
Pengertian Integritas Bangsa secara Politis adalah proses penyatuan berbagai kelompok budaya dan sosial di dalam kesatuan wilayah nasional yang kemudian membentuk identitas nasional. Pengertian Integritas bangsa secara Antropologis adalah proses penyesuaian berbagai unsur-unsur kebudayaan yang berbeda sehingga terjadi keserasian fungsi dalam kehidupan bermasyarakat. Berbagai keanekaragaman yang ada di Indonesia sudah seharusnya dipelihara dan dijaga oleh seluruh elemen bangsa. Jangan menjadikan perbedaan sebagai pertentangan karena perbedaan dan keanekaragaman tersebut merupakan kekayaan dan kelebihan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.
MENGEMBARA MENUJU BAHAGIA
Bapak Pandu Dunia, Lord Baden Powell telah membuahkan karya yang legendaris yang ditujukan untuk para Pramuka Penegak dan Pandega yang dikenal dengan judul bukunya “Mengembara Menuju Bahagia”, aslinya berjudul “Rovering to Succes” yang diterbitkan pada tahun 1922 di Inggris. Dalam buku Mengembara Menuju Bahagia, catatan-catatan Lord Baden Powell begitu terasa kuat aroma petualangan dan pengembaraannya. Saran-saran khusus terutama kepada pemuda-pemuda untuk bertualang, menjelajah, berkelana ke alam bebas sangat mendominasi isi buku.
Semua cerita pengembaraan di alam terbuka tersebut pada akhirnya dilakukan untuk mendidik para generasi muda untuk menjadi pribadi yang kuat secara mental dan karakter. Pada intinya buku Rovering to Success mengajarkan kepada para Pramuka Penegak dan Pandega untuk memperhatikan dan mempelajari 5 prinsip hidup yang digambarkan sebagai karang pengahalang, sebagai berikut:
- Horses
Binatang kuda biasanya diartikan sebagai lambang kejantanan baik dalam kiasan maupun senyatanya digunakan sebagai alat transportasi atau sebagai tunggangan, namun ada sisi negatifnya kalau tidak berhati-hati yang biasanya dipakai untuk permainan balapan kuda yang arahnya untuk kebiasaan berjudi.
- Wine
Kebutuhan dasar manusia hidup memang harus minum, apalagi minuman yang mengharumkan dan menyegarkan, tetapi kalau kebanyakan minum apalagi yang tidak menyehatkan dan memabukkan akan berakibat buruk terhadap pembentukan kepribadian seseorang.
- Women
Pendidikan seksualitas di kalangan pemuda/remaja semakin menjadi kebutuhan untuk menata dan menjaga moralitas ataupun kejiwaan sebagai generasi muda yang mempunyai potensi biologis yang sedang tumbuh, sehingga dalam pergaulan pemuda/remaja perlu diajarkan sesuai dengan norma agama, budaya dan hidup bermasyarakat yang penuh kesantunan.
- Cuckoos and Humbugs
Kebiasaan burung “Cuckoos” adalah selalu mengganggu sarang burung lain dan “Humbugs” disini diartikan suka membual, sehingga bagi pemuda/remaja yang sedang tumbuh kepribadiannya harus bisa selalu menjaga “mulut” dalam arti menjaga sikap dan perilaku dalam pergaulan dengan sesama.
- Irreligion
Keyakinan dan kepercayaan terhadap adanya kekuasaan yang esa dari Allah Swt/Tuhan Yang Maha Esa adalah sumbernya untuk meraih kebahagian hidup lahir dan batin, sebaliknya apabila menampik terhadap keesaanNya akan cenderung melawan rasa kemanusiaannya sendiri. (Lord Baden Powell,1922).
Sebenarnya sesuai norma dan nilai budaya Bangsa Indonesia, khususnya di Jawa, ajaran Baden Powell itu tersirat pula pada ajaran Mo Limo, yang intinya setiap anak muda yang sudah masuk tingkat hidup akil baliq hendaknya berhati-hati dengan godaan hidup yang terangkum dalam lima hal, yakni:
- Main
Kebiasaan berjudi bukan hanya dalam arti sebenarnya bermain kartu yang mengarah perjudian namun juga menggadaikan kehidupannya dengan masadepan yang tidak jelas atau terang.
- Madon
Kewanitaan atau keperempuanan sejatinya mengemban tugas suci meneruskan kehidupan dunia, namun sekaligus bila dijalan yang tidak benar merupakan godaan untuk merusak kepribadian dan dunia akherat.
- Madat
Kebiasaan merokok atau yang lebih berat lagi tergantung pada narkoba tentu akan merusak kehidupan yang tenteram dan bahagia lahir dan batin
- Minum
Minum seperti halnya makan merupakan kebutuhan dasar manusia hidup, namun apabila menyalahgunakan ataupun terlalu berlebihan mengkonsumsinya akan mempengaruhi pembentukan sikap dan karakter seseorang.
- Maling
Mencuri barang milik orang lain jelas merupakan kebiasaan buruk dan terlarang dari norma maupun nilai agama dan budaya apapun, sehingga kebiasaan kecil atau besar untuk merampas hak orang lain dengan menggunakan kesempatan dan kekuasaan hendaknya sejak dini perlu dilatih untuk dihindari dalam kehidupan pribadi maupun bermasyarakat.
Di lingkungan pendidikan Kepramukaan sebenarnya prinsip=prinsip tersebut sudah tercantum dalam Dasa Darma Pramuka. Sedang pelaksanaannya letaknya pada sejauhmana kita bisa mengolah dan mengelola cipta, rasa dan karsa yang oleh Tuhan yang Maha Esa sudah dititipkan dan dibekalkan kepada setiap makhluk manusia. Menurut ajaran Ki Hadjar Dewantara menjadi kewajiban manusia untuk selalu berlatih mengolah cipta, rasa dan karsa itu. Tepatnya dinyatakan sebagai berikut: “pengasah budi (pembentukan watak), seharusnya berdasarkan tajamnya cipta, halusnya rasa serta kuatnya karsa”. (Ki Hadjar Dewantara, 2013, h. 173).
SIKAP GENERASI MUDA MILENIAL
Indonesia selaku negara multi etnis dan agama, ternyata masih menghadapi persoalan intoleransi yang cukup tinggi. Belakangan ini semangat toleransi dan kebhinekaan dalam bingkai ideologi Pancasila terus mengalami sebuah degradasi yang cukup drastis di kalangan masyarakat bangsa Indonesia terlebih khusus pada kalangan kaum muda. Sehingga tidak heran sebagian besar masyarakat dan generasi muda bangsa ini cepat terpengaruh dengan masuknya ideologi-ideologi yang berasal dari luar negeri dan yang lebih parahnya lagi ideologi-ideologi tersebut secara terang-terangan menyatakan anti terhadap Pancasila dan semangat kebhinekaan yang sudah beratus tahun tertanam dalam kepribadian dan kebudayaan bangsa Indonesia.
Istilah generasi milenial belakangan ini sedang booming dan akrab terdengar. Istilah tersebut berasal dari millenials yang diciptakan oleh dua pakar sejarah dan penulis Amerika yaitu William Strauss dan Neil Howe dalam beberapa bukunya. Millenial generation atau generasi Y, secara harafiah memang tidak terkait demografi khusus dalam menentukan kelompok generasi yang satu ini. Para pakar menggolongkannya berdasarkan tahun awal dan akhir. Penggolongan generasi Y terbentuk bagi mereka yang lahir pada tahun 1980 – 1990, atau pada awal 2000 dan seterusnya. Peran generasi millenial sangatlah diharapkan, untuk menjadi agen perubahan ( Agent of Change ). Mengingat ide idenya yang selalu segar, pemikirannya yang kreatif dan inovatif yang diyakini akan mampu mendorong terjadinya transformasi dunia ini ke arah yang lebih baik lagi, melalui perubahan dan pengembangan.
Jumlah penduduk Indonesia usia 20-40 tahun di tahun 2020 diduga berjumlah 83 juta jiwa atau 34% dari total penduduk Indonesia yang mencapai 271 juta penduduk. Jumlah tersebut lebih besar dari jumlah generasi X yang 53 juta jiwa atau 20% ataupun generasi baby boomer yang tinggal 35 juta jiwa atau hanya 13%. Hal ini membuktikan dengan jumlah populasi yang banyak, besar potensi yang dapat dihasilkan oleh generasi millenial atau generasi Y tentunya untuk kemajuan bangsa. (sumber BPS RI).
Ada sepuluh faktor, menurut penelitian Thomas J. Standley Phd, yang menentukan kesuksesan generasi milenial mengahadapi tantangan dunia ke depan, yaitu terinci sebagai berikut:
- Kejujuran (Being honest with all people)
Sikap jujur menjadi norma yang harus dipegang teguh oleh tiap individu. Kejujuran adalah akar kepercayaan. Semakin dipercaya akan sebuah tanggung jawab, semakin banyak hak (imbalan) yang bisa kita peroleh.
- Disiplin keras (Being well-disciplined)
Disiplin erat kaitannya dengan manajemen waktu dan konsistensi terhadap langkah-langkah mencapai tujuan atau visi ke depan Terkadang lingkungan sekitar menjadi sumber yang mengalihkan fokus terhadap langkah mewujudkan visi. Dengan menanamkan sikap disiplin, setiap langkah kita akan fokus mencapai target.
- Mudah bergaul (Getting along with people)
Cara kita berinteraksi dengan orang lain dalam hidup adalah salah satu faktor penting untuk mencapai kesuksesan. Masing-masing pribadi punya goal achievements yang berbeda satu sama lain. Memperbanyak networking juga akan memperkaya ide, dan bukan tidak mungkin terjalin banyak kerjasama yang akan mendukung meraih sukses.
- Dukungan pendamping (Having a supportive spouse)
Dukungan yang sangat berarti adalah dukungan yang berasal dari orang terdekat. Selain keluarga, pasangan adalah orang terpenting yang mampu memberikan dukungan dan menciptakan hubungan yang harmoni, saling melengkapi kemampuan, serta mampu meningkatkan prestasi kerja, sehingga peluang untuk mencapai kesuksesan akan terbuka lebar.
- Kerja keras (Working harder than most people)
Bekerja keras memang bukan menjadi jaminan mendatangkan kesuksesan. Tetapi akan ada hasil yang membedakan pribadi pekerja keras dan yang tidak, termasuk bagaimana kita mensyukuri segala pencapaian atas usaha dan kerja keras. Bekerja lebih keras dari orang lain berkait erat dengan keinginan dan kedisiplinan untuk mencapai target yang telah ditetapkan.
- Kecintaan pada yang dikerjakan (Loving my career/business)
Karir ataupun bisnis adalah sumber kekuatan finansial. Jika ingin sukses wajib untuk menumbuhkan rasa cinta dan loyalitas pada pekerjaan yang ditekuni. Jadi ketika bekerja atau menjalankan bisnis, pastikan untuk mencintai apa yang akan dikerjakan. Agar performa dan kinerja maksimal, sehingga menghasilkan kesuksesan yang juga maksimal.
- Kepemimpinan (Having strong leadership qualities)
Faktanya, tonggak sebuah kesuksesan memang dipengaruhi oleh kualitas kepemimpinan yang baik, termasuk bagaimana memimpin diri sendiri. Setiap orang pasti memiliki jiwa leadership, tergantung bagaimana memupuk dan menjadikannya mengakar pada tiap individu. Seseorang yang memiliki kualitas kepemimpinan yang baik dan kuat, akan lebih mudah menentukan visi, tujuan, dan tindakan terstruktur yang sangat bisa dipertanggungjawabkan.
- Kepribadian kompetitif (Having a very competitive spirit/personality)
Pribadi yang kompetitif pantang menyerah, terutama dalam mengalahkan ego dan kekurangan dirinya sendiri. Bagi pribadi seperti ini, kompetisi mampu mendorongnya untuk melakukan segala sesuatu dengan lebih baik dalam mencapai target. Semakin sering memacu diri untuk berkompetisi dan mencapai hasil terbaik, maka kesuksesan akan semakin cepat diraih.
- Hidup teratur (Being very well-organized)
Hidup teratur bukan berarti hidup dengan rutinitas membosankan. Beberapa rutinitas yang positif seperti bangun pagi lebih awal misalnya, akan memberikan waktu lebih untuk menyiapkan diri menjalani aktivitas harian. Disamping itu membuat jurnal dan daftar pencapaian, akan membantu untuk fokus pada tiap langkah mencapai kesuksesan, dan yang tak boleh terlewatkan adalah menjalaninya dengan penuh sukaria.
- Kemampuan menjual ide (Having an ability to sell my ideas/products)
Kesuksesan tak bisa lepas dari ide dan inovasi. Memiliki ide saja tak cukup tanpa diimbangi kemampuan untuk menjualnya. Menghasilkan inovasi dari sebuah ide yang cemerlang harus diikuti dengan kemauan untuk hidup di dalam ide itu sendiri, dan menjualnya.
PENUTUP
Dalam syair lagu Kebangsaan Indonesia Raya dan Hymne Pramuka sejatinya telah tersurat dan tersirat pesan moral untuk para generasi muda Milenial Indonesia, khususnya Pramuka Penegak dan Pandega. Bahwa Pramuka diharapkan bisa menjaga integritas bangsa Indonesia, “Disanalah aku berdiri jadi pandu ibuku”, artinya diharapkan setiap warganegara Indonesia itu siap mengawal dan menjaga keselamatan dan kemakmuran Ibu Pertiwi, tanah air dan tanah tumpah darah Indonesia.
Sedang dalam lirik pada Hymne Pramuka menyebutkan pada bait pertama: “Kami Pramuka Indonesia Manusia Pancasila”, artinya setiap Pramuka Indonesia diharapkan menjadi Manusia Pancasila yang harus siap menebarkan rasa kebangsaan, toleransi, nasionalisme, harmonisasi, dan melaksanakan sila-sila Pancasila dalam kehidupan pribadi maupun berbangsa dengan bekal Satya Pramuka dan Dasa Darma Pramuka.
Semoga para generasi muda Indonesia, khususnya para Pramuka Penegak dan Pandega, mau dan mampu mengemban tugas sebagai pemerkuat integritas bangsa. Satyaku kudarmakan Darmaku kubaktikan. Agar jaya Indonesia tanah-airku. Aku jadi pandumu.
Ditulis oleh Kak Prijo Mustiko