Ketika Jambore Nasional atau Raimuna Nasional, tidak ada yang lebih megah nan menaikkan bulu kuduk dibandingkan momen di Lapangan Utama. Ketika pembukaan, penutupan, atau upacara lainnya.
Begitu juga pada Jambore Dunia, yang bahkan pemandangannya seluruh dunia. Tidak lagi keseragaman cokelat Pramuka, melainkan warna-warni pandu setiap negara.
Jumlahnya bisa dua kali lipat Jamnas. Maka memandang lapangan utama SaeManGeum, Opening Ceremony World Scout Jamboree (WSJ), malam hari di tanggal 2 Agustus 2023, inilah panorama selebrasi terbesar kaum muda sedunia.
***
“Kok drone-nya cuma satu?”
“Lah emang kenapa?”
“Buat ngevideo dari atas kali ya.”
“Lah ya iya, emang mau buat apa?”
Percakapan awal kedatangan ke lapangan utama yang akhirnya diabaikan, karena sudahlah, kami fokus saja ke sajian yang akan datang, sebuah mimpi yang telah tiba, oleh semua yang hadir di sana.
Gambarkan mimpimu. Demikian kalimat tema “Draw Your Dream” diartikan dan maknai. Saat branding awalnya, enam tahun lalu, “Draw Your Dream” bisa dimaknai sebagai penggambaran mimpi pandu-pandu sedunia untuk bisa hadir di Jambore Dunia.
Lalu ketika hari yang dinantikan itu tiba, Opening Ceremony WSJ mengaktualisasikan tema itu dalam pesan pesawat kertas (bukan yang di Instagram).
Kertas-kertas yang dibagikan kepada peserta, berisikan ruang tulis mimpi, “Dream Message”, yang kemudian dituliskan, kertasnya dibuat bentuk pesawat, lalu diterbangkan dan ditangkap oleh pandu lainnya. Kita berbagi mimpi.
Membuka pesan mimpi (dream message) pandu lain. Mungkin ada mimpi sederhana atau mimpi tinggi yang akhirnya saling diketahui pandu lain dari berbagian mimpi ini.
Sebagaimana keseluruhan pertemuan Jambore Dunia ini, yang mempertemukan keberagaman, silang referensi, dari dan untuk pandu, memungkinkan keterbukaan dimensi mimpi lainnya. Lebih luas, dan harapannya lebih baik.
***
Menggelegar. Tidak hanya suara panggung utama yang tentunya begitu keras, Opening Ceremony WSJ juga sebuah gelegar selebrasi.
Orasi Chief Ambassador of WOSM, Bear Grylls, Simon HangBock Rhee, juga beberapa tokoh lainnya, membersamai excitement seluruh pandu yang hadir.
Lagu-lagu yang ditampilkan tidak hanya K-Pop, melainkan juga “Circle of Life”, “Bohemian Rhapsody”, “Heal the World”, dan “Champions” yang menggelegar. Mimpi kita disemangati.
Lalu penutup yang tidak habis dipikir, ketika muncul puluhan drone terbang menggambar langit dengan logo dan momen penting kepanduan dunia dan Korea, dari 1907, kemah pertama Baden-Powell yang mengawali ini semua.
Lalu 1922, tahun awal kepanduan Korea, 17th WSJ 1991 di Korea, hingga 2023, dengan para drone kerap bergantian tempat dan warna untuk menggambarkan itu.
“Oh ini maksud dari ‘Kok drone-nya cuma satu?’”
“Nah iya, itu maksudku,” jawab teman sebelahku yang sedikit mengetahui keberadaan drone karena penempatan IST-nya di bagian drone. Kami hanya tersenyum setelah itu.
Sesi drone menggambar langit ditutup oleh penggambaran dan orasi Baden-Powell. Penghuni lapangan memandang ke atas, melihat dan mendengar pesan orang yang ditarik garis panjang, ialah alasan kami semua di sini.
Orang yang kata dirinya, mengakhiri hidup dengan tidak ada penyesalan, dan berpesan kepada kita juga demikian, untuk setidaknya ‘tinggalkan dengan sedikit lebih baik’. Mimpi, adalah harapan agar tiada penyesalan di akhir masa.
***
Jambore baru dimulai. Cerita ini benar-benar ditulis di tengah Jambore, yang masih memungkinkan keterbukaan dimensi mimpi lainnya hari-hari ke depan.
For now, terima kasih sejenak untuk gelegar dan panorama selebrasi Opening Ceremony WSJ. Dari Abiyyi, seorang Pramuka yang sudah berjalan jauh dan mensyukuri langkah sejauh ini, namun juga, masih banyak bermimpi.
___
Abiyyi Yahya Hakim | International Service Team (IST) 25th WSJ 2023 dari Indonesia, Pewarta Istimewa