YOGYAKARTA — Ketua Pusat Pengabdian Masyarakat dan Pramuka Peduli Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Daerah Istimewa Yogyakarta (Pusdimas PP Kwarda DIY) Kak Bambang Sasongko (Kokok) menjadi narasumber dalam Dialog Kebencanaan di RRI Pro 1 Yogyakarta, Selasa, 29 April 2025.
Kak Kokok hadir bersama dua narasumber lainnya yaitu Kak Drs. Nur Hidayat, M. Si. (Kepala Pelaksana BPBD Kota Yogyakarta) dan Kak Budi Santoso, S. Psi., M. K. M. (Wakil Sekertaris MDMC PP Muhammadiyah & Fasilitator SPAB MDMC).
Ketiga narasumber ini menjawab beberapa pertanyaan yang disampaikan oleh host Kak Prima Hapsari seputar pentingnya membangun kesiapsiagaan bencana sejak ini.
Kak Budi, dalam uraian yang disampaikan menjelaskan bahwa ada dua perspektif pemaknaan dari membangun kesiapsiagaan bencana sejak ini. Yang pertama menurutnya adalah dari konteks usia, yaitu perlu memulai penyadaran, pengetahuan, pemahaman, membangun kebiasaan, sejak anak di usia dini.
Kemudian dalam konteks implementasi membangun kesiapsiagaan dilaksanakan di sekolah-sekolah baik di lingkungan sekolah formal maupun non formal. Hal tersebut mengarah kepada keluarga tangguh bencana.
Uraian selanjutnya adalah dari Kak Kokok. Pihaknya menjawab bagaimana sejauh ini Gerakan Pramuka, dalam hal ini Kwarda DIY. Menurut Kak Kokok, pramuka sudah memulai membangun kesiapsiagaan ini dari basic, tentang pengenalan simpul-simpul, membuat dragbar, mendirikan tenda, menaksir tinggi, dan lain-lain.
“Di pramuka itu dalam menempuh keterampilan berbasis pada kompetensi atau kecakapan, sejak siaga, maka kesiapsiagaan itu sudah dibangun sejak dini, sebelum adanya UU no 24 tahun 2007,” ujar Kak Kokok.
Kak Kokok menjelasakan bahwa di Pramuka ada program Gugusdepan Aman Bencana yang sangat erat kaitannya dengan bagaimana memberikan pemahaman kesiapsiagaan terhadap bencana kepada anggota gugusdepan dengan menggunakan modul atau acuan-acuan yang disiapkan sesuai golongan kepramukaan.
Selain itu, pihaknya juga menyebutkan bahwa peserta didik yang usianya sudah di atas 17 tahun atau Penegak dan Pandega, bisa menjadi kategori relawan dalam kegiatan penanggulangan kebencanaan.
“Maka pramuka menjadi wadah pembinaan yang strategis untuk membangun kesiapsiagaan secara dini,” tegasnya.
Sementara itu narasumber selanjutnya yaitu Kak Nur Hidayat, menyebutkan bahwa kesiapsiagaan itu harus dihadirkan setiap saat. Karena kesiapsiagaan itu merupakan kunci utama dalam rangka meminimalkan dampak bencana.
“Jadi kesiapsiagaan harus dihadirkan setiap saat, setiap lini, segmen, dan lingkungan di manapun terjadi suatu ancaman kebencanaan di situ, termasuk komunitas,” ujarnya.
Kak Nur Hidayat juga menyebutkan bahwa ruh dari penyelamatan itu bermula dari diri sendiri, lingkungan, baru dari pihak lain. Kesiapsiagaan harus terus digalakkan, sedari dini, dan ke seluruh elemen masyarakat.
Semua masyarakat diberikan pemahaman tentang mitigasi bencana, ancaman bencana, dan bagaimana solusi untuk bisa selamat, sehingga menjadi sebuah budaya atau perilaku tidak panik, karena sudah tahu bagaimana menyelamatkan diri.
Dalam sesi diskusi, Kak Kokok juga memberikan uraian bagaimana Gerakan Pramuka mengimplementasikan kesiapsiagaan bencana dari perlunya manajemen risiko dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan.
Kak Budi dari MDMC kemudian juga menyampaikan bagaimana cara mendampingi dan memberikan pemahaman kepada anak-anak khususnya, terkait dengan kesiapsiagaan bencana salah satunya dengan lagu-lagu yang edukatif. Selain di keluarga, pentingnya pemahaman risiko bencana ini juga perlu dilakukan di sekolah, komunitas, dan lainnya.
Di akhir dialog, Kak Nur Hidayat memberikan beberapa penekanan adanya kelembagaan kebencanaan, seperti Kampung Tangguh Bencana, Kelurahan Tangguh Bencana, Kecamatan Tangguh Bencana, Kota Tangguh Bencana, dan adanya peningkatan kemampuan, utamanya komunikasi dan edukasi kolaborasi peran semua pihak. (cst)