YOGYAKARTA — Ketua Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Daerah Istimewa Yogyakarta (Kwarda DIY) Kak GKR Mangkubumi menghimbau agar dalam menjalankan program kerja tahun 2024 ini dapat menyisipkan edukasi terkait sumbu filosofi Jogja.
Hal itu disampaikan secara khusus saat membuka Rapat Pleno Andalan Tahun 2024 Kwarda DIY yang digelar di Aula Kaca, Kompleks Bumi Perkemahan Taman Tunas Wiguna Babarsari, Yogyakarta, Jumat (19/01/2024).
Kak GKR Mangkubumi menegaskan bahwa perlu adanya edukasi dan kampanye secara masif akan Sumbu Filosofis Jogja, termasuk berkegiatan kepramukaan secara langsung di area tersebut.
Sebagaimana diketahui bahwa Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan (UNESCO) menetapkan Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai salah satu warisan dunia dari Indonesia pada Sidang ke-45 Komite Warisan Dunia atau World Heritage Committe (WHC) di Riyadh Arab Saudi.
Sumbu Filosofi Yogyakarta sah diterima sepenuhnya tanpa sanggahan menjadi Warisan Budaya Dunia sesuai dokumen penetapan WHC 2345.COM 8B. 39 tanggal 18 September 2023.
Sumbu Filosofi yang penuh dengan nilai filosofi yang tinggi ini ini merupakan mahakarya Sri Sultan Hamengku Buwono I. Sehingga wajib dilestarikan dengan segala atribut yang menyertainya. Tentunya Anggota Gerakan Pramuka DIY menjadi salah satu garda terdepan untuk hal tersebut.
Sumbu Filosofi Yogyakarta yang dalam Daftar Warisan Dunia UNESCO bertajuk lengkap the Cosmological Axis of Yogyakarta and Its Historic Landmarks, diakui sebagai warisan dunia karena dinilai memiliki arti penting secara universal.
Konsep tata ruang yang kemudian dikenal sebagai Sumbu Filosofi Yogyakarta ini dicetuskan pertama kali oleh Raja Pertama Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat pada abad ke-18.
Konsep tata ruang ini dibuat berdasarkan konsepsi Jawa dan berbentuk struktur jalan lurus yang membentang antara Panggung Krapyak di sebelah selatan, Kraton Yogyakarta, dan Tugu Yogyakarta di sebelah utara,.
Struktur jalan tersebut berikut beberapa kawasan di sekelilingnya yang penuh simbolisme filosofis merupakan perwujudan falsafah Jawa tentang keberadaan manusia yang meliputi daur hidup manusia (Sangkan Paraning Dumadi), kehidupan harmonis antar manusia dan antara manusia dengan alam (Hamemayu Hayuning Bawana), hubungan antara manusia dan Sang Pencipta serta antara pemimpin dan rakyatnya (Manunggaling Kawula Gusti), serta dunia mikrokosmik dan makrokosmik. (cst)