YOGYAKARTA — Kak Dr. Y. Sari Murti Widyastuti, S.H., M.Hum, Andalan Daerah Urusan Advokasi dan Hukum Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Daerah Istimewa Yogyakarta (Kwarda DIY) masa bakti 2020-2025 diwisuda sebagai Abdi Dalem Keraton Yogyakarta pada Selasa, 7 Mei 2024.
Kak Sari, demikian ia disapa, tentunya menerima Gelar pada prosesi Wisudan Abdi Dalem Bakda Sawal yang dilaksanakan di Kagungan Dalem Bangsal Kasatriyan.
Sebagai abdi dalem, gelar yang didapatkan yaitu, Nyi Mas Wedono Dr. Retno Niti Wijayamurti, S.H.,M.Hum. Prosesi yang diikuti dalam proses wisuda tersebut antara lain didahului dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, Laporan Kawedanan Parentah Hageng, Penyerahan Serat Kekancingan/Surat Keputusan.
Kemudian, satu persatu maju, dilanjutkan ucapan terima kasih dari perwakilan Wisudawan, dilanjutkan mengikuti Sambutan dari Sri Sultan Hamengku Buwono X, diakhiri dengan Pembacaan Doa.
Dari informasi yang disampaikan oleh Kak Iswanto, Kepala Satuan Protokol Kwarda DIY yang juga merupakan Abdi Dalem dengan gelar KMT Puroprojowinoto, ada 260 Abdi Dalem yang diwisuda.
“Dengan rincian Abdi Dalem Kaprajan 99 dan Abdi Dalem Punokawan 161,” ujar Kak Iswanto.
Kak Iswanto menjelaskan bahwa hak Abdi Dalem adalah dapat sowan bagi abdi dalem putra dan marak ke kraton bagi Abdi Dalem Putri. Dijelaskan bahwa gelar yang disematkan disesuaikan dengan keahlian/keprigelan.
“Kalo yang masih aktif PNS, TNI, Polri, tidak harus sowan tapi diberi gelar. Kalo sudah pensiun baru sowan ,tidak harus setiap hari, Ini khusus abdi dalem kaprajan,” terang Kak Iswanto.
Ia pun menginformasikan bahwa proses pendaftaran Abdi Dalem Kaprajan bisa langsung di Kawedanan parentah Hageng. Sementara Abdi Dalem Punokawan, bisa ke kawedanan-kawedanan.
Abdi Dalem Punakawan merupakan abdi yang berasal dari kalangan masyarakat umum. Abdi Dalem Punokawan adalah tenaga operasional yang menjalankan tugas keseharian di dalam keraton.
Abdi Dalem Punawakan dibagi menjadi 2 golongan, yaitu Abdi Dalem Punakawan Tepas dan Abdi Dalem Punakawan Caos. Abdi Dalem Punakawan Tepas mempunyai jam kerja selayaknya pegawai yang bekerja di kantor, sedangkan Abdi Dalem Punakawan Caos hanya menghadap ke keraton setiap periode sepuluh hari sekali.
Sedangkan Abdi Dalem Keprajan adalah mereka yang berasal dari TNI, Polri, dan Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diterima dan diangkat sebagai Abdi Dalem. Pada umumnya Abdi Dalem Keprajan adalah orang-orang yang telah memasuki masa pensiun kemudian mendarmabaktikan waktu, ilmu, dan tenaganya untuk membantu keraton secara suka rela.
Kak Iswanto menyontohkan misalkan ada yang ingin menjadi Abdi Dalem Punokawan di Kawedanan Tepas Tandha Yekti, sebagaimana Kak GKR Hayu sebagai Penghageng/Kepala Kawedanannya, bisa dimulai dengan proses magang yang biasanya kurang lebih dua tahun.
Seperti dilansir kratonjogja.id, Abdi Dalem merupakan aparatur sipil, sedangkan aparatur militernya adalah prajurit keraton. Abdi Dalem bertugas sebagai pelaksana operasional di setiap organisasi yang dibentuk oleh Sultan. Tanpa adanya Abdi Dalem, roda pemerintahan tidak akan berjalan.
Selain menjalankan tugas operasional pada setiap organisasi di keraton, Abdi Dalem juga merupakan ‘abdi budaya’. Yaitu orang yang bisa dan mampu memberi suri tauladan bagi masyarakat luas.
“Abdi Dalem harus bisa menjadi contoh kehidupan di masyarakat, bertindak berdasarkan unggah-ungguh dan paham akan tata krama. Oleh karena itu, senyum yang selalu merekah, ramah dan sopan santun yang tinggi merupakan hal yang selalu ditunjukan oleh para Abdi Dalem Keraton Yogyakarta,” demikian tertulis di website resmi Kraton Yogyakarta.
Abdi Dalem Keraton Yogyakarta mempunyai ciri khas yang terletak pada pakaian (peranakan) yang dikenakannya. Peranakan berasal dari kata ‘diper-anak-kan’. Artinya menjadi Abdi Dalem akan dianggap seolah-olah satu saudara yang dilahirkan dari seorang ibu. Semua Abdi Dalem pakaiannya sama dan menjalankan tugas tanpa mengenakan alas kaki.
Selain itu, Abdi Dalem wanita tidak boleh memakai perhiasan. Semua ini bertujuan untuk meniadakan perbedaan antara si miskin dan si kaya, sehingga semua Abdi Dalem setara kedudukannya. Di samping itu, di dalam keraton, Abdi Dalem dipanggil dengan sebutan “kanca” yang berarti teman atau saudara.
Hal menarik lainnya adalah komunikasi diantara para Abdi Dalem. Bahasa yang digunakan di dalam Keraton Yogyakarta adalah Bahasa “Bagongan”. Bahasa Bagongan berbeda dengan Bahasa Jawa pada umumnya. Dengan Bahasa Bagongan, komunikasi antar Abdi Dalem kemudian tidak mengenal perbedaan derajat dan pangkat. (cst)