BANTUL — Salah satu rangkaian kegiatan sosialisasi Program Pembangunan Keluarga Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) bekerja sama dengan Kwartir Daerah (Kwarda) Gerakan Pramuka DIY adalah talkhsow aksi Generasi Berencana (Genre).
Kegiatan yang diselenggarakan di Museum History of Java/Piramida Cafe Jalan Parangtritis km 5,5, Tarudan, Bangunharjo, Sewon, Bantul, Sabtu (02/11/2019) ini diikuti oleh ratusan anggota pramuka dari perwakilan satuan karya serta pangkalan gugusdepan di Kwartir Gerakan Pramuka Bantul.
Kak Arifin Budiharjo, Wakil Ketua Kwarda DIY Bidang Pembinaan Anggota Muda menjadi salah satu narasumber talkshow bersama dengan Rochdiana Sumaryati, S.Sos, M.Sc., Plt Kepala Perwakilan BKKBN DIY, Kepala BKKBN Pusat, dr. H. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K), dan perwakilan remaja Tomi Boli, seorang penyanyi muda.
Dalam kesempatan ini, Kak Arifin memaparkan bahwa dalam era sekarang ini perkembangan media menjadi sebuah tantangan bagi generasi remaja.
“Dengan tantangan perkembangan media, remaja harus pandai menyeleksi mana media yang baik sebagai pembelajaran untuk kehidupan, tidak terbawa dengan informasi yang tidak baik, salah, ataupun negatif,” ujarnya.
Sementara itu Kepala BKKBN Pusat dalam paparannya menyebutkan tentang ancaman kanker di usia remaja (16-18 tahun) seperti kanker mulut rahim dan kanker payudara.
“Saat remaja sekitar usia 16-18th, mulut rahim membuka, tidak bisa digunakan untuk hubungan sex, karena berbahaya, bisa menyebabkan kanker,” tegasnya.
Hasto menambahkan bahwa kanker mulut rahim ini menjadi ancaman besar kedua di Indonesia setelah kanker payudara. Pihaknya juga memberikan gambaran bahwa setelah usia 20 tahun, mulut rahim sudah menutup,
ukuran panggul kecil sekitar 10cm. Sehingga sudah relatif tidak berbahaya dengan lingkar kepala bayi sekitar 9,8 cm.
Ditambahkan pula oleh Plt BKKBN DIY, bahwa saat ini pihaknya sudah membuat Pusat Informasi Konseling Remaja (PIK-R) dan Forum Duta Genre dalam rangka membantu mensosialisasikan Salam Genre. Menurutnya, substansinya ada di salam tersebut dengan filosofi angka 0 tidak kompromi kepada free sex, nikah dini, dan napza.
“Terkait forum duta Genre dan Salam Genre tersebut agar bisa disampaikan kepada komunitas-komunitas. Juga bahwasanya saat ini remaja hanya percaya pada teman sebaya, makanya penyampaian sosialisasi melalui fasilitator sebaya,” terangnya.
Menurutnya, materi yang berbentuk cetak, buku, poster, dan lain-lain saat ini sudah kurang diminati, namun sudah mampu diimbangi dengan materi-materi yang berbasis internet dan media sosial.

Bagi Tomi Boli sebagai perwakilan kaum muda, pihaknya menyebutkan bahwa dalam berkehidupan sosial harus bisa memilih, mana jalan yang yang akan dilalui untuk kehidupan yang akan datang,
“Fokus pada mimpi yang akan diraih, sekolah, belajar, prestasi bagus, sehingga siap menghadapi kehidupan,” ujarnya.
Ia juga berpesan kepada para peserta yang relatif seusia tersebut untuk bisa menyampaikan kepada rekan-rekan sebaya di lingkungan sekolah, rumah, teman bermain, efek dari pernikahan dini, dan bisa ikut serta mengkampanyekan materi stop nikah dini.
Acara diakhiri dengan deklarasi bersama Aksi Genre Stop Nikah Dini guna mempersiapkan masa depan kehidupan berkeluarga yang sebaik-baiknya. (fgp/cst)