BOGOR — Mengawali hari kedua, materi yang disampaikan kepada peserta Worskshop Strategi Kolaborasi dan Inovasi adalah Scouts for SDGs, Inovasi dan Peluang Kerjasama, Senin, 25 November 2024.
Materi menarik ini disampaikan oleh Kak Prakoso Permono, Andalan Nasional Bidang Kerja Sama Luar Negeri yang juga merupakan National Coordinator Messenger of Peace, bagian dari Scouts for SDGs.
Kak Pras, demikian ia akrab disapa, sebelum masuk ke materi inti, mengajak para peserta berinteraksi dengan menyampaikan sebuah opini dan sedikit berdiskusi.
Kemudian Kak Pras menyampaikan visi organisasi kepanduan dunia yang baru saja diperbarui di tahun 2024 ini. Slogan organisasi kepanduan dunia saat ini adalah Ready for Life.
“WOSM (organisasi kepanduan dunia) memiliki visi untuk bisa menjadi organisasi yang inspiratif dan transformatif,” ujarnya.
Lebih lanjut dari turunan visi ini, Kak Pras menjelaskan materi inti berkaitan dengan Scouts for SDGs, karena WOSM memang mendukung program yang dicanangkan oleh PPP pada UNGA 2015 dan diterapkan mulai 2018.
Menurut Kak Pras, Scouts for SDGs ini bisa menjadi peluang kerjasama dengan implementasi dalam Youth Involvement, peserta didik sebagai subjek; Youth Empowerment, pengembangan program secara terbuka; Tercatat dan Terukur, diukur dan dilaporkan kepada publik; serta Terdapat Pembelajaran, berorientasi pada pengembangan diri.
Dalam paparan materinya, Kak Pras juga menyampaikan posisi Indonesia dalam mendukung program Scouts for SDGs yang terbagi dalam berapa banyak usernya, berapa banyak projectnya, dan di mana posisi jam pelayanan yang dicapai.
Kak Pras menceritakan perjalanan Scouts for SDGs yang telah dimulai pada 2015, kemudian diinisiasi WOSM pada 2018, diadopsi oleh Kwartir Nasional pada 2022 sesuai dengan regulasi yang dibentuk, hingga nantinya targetnya sampai di 2030.
Melalui materinya, Kak Pras juga menyinggung bagaimana Kak Sultan HB IX, Ketua Kwartir Nasional pertama dalam pidatonya di Jepang saat konferensi pramuka dunia.
“Eksistensi Gerakan Pramuka tercapai bila manfaat pendidikan kepramukaan dirasakan masyarakat. Pentingnya community development sebagai program peserta didik Gerakan Pramuka yang terlibat dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dengan tujuan utama membangun kohesi sosial,” demikian kira-kira disampaikan.
Adapun dampak dari pidato tersebut WOSM meresmikan Community Development Camp (COMDECA) dan tradisi pengabdian masyarakat semakin mengakar pada kepanduan dunia.
Sesi diskusi dibuka dan beberapa peserta juga menanggapi adanya materi ini dengan begitu semangat. Ada yang bertanya, memberikan ulasan, serta menyampaikan masukan-masukan.
Kak Pras kemudian juga menyebutkan berkaitan dengan Integrasi Pengabdian Masyarakat, Kontribusi Nyata Gerakan Pramuka yang merupakan implementasi dari Satya Pramuka, Sasaran Kepramukaan, Metode Kepramukaan, Tribina dan Filosofi Penegak Pandega, serta Nawa Karsa.
Dalam paparannya berkaitan dengan bagaimana langkah atau proses SDGs ini, Kak Pras juga menyampaikan adanya Tahapan Pelaksanaan Proyek Sosial yang dideskripsikan pada Pola Pelaksanaan Awareness, Action, and Inspire.
4 langkah tersebut yaitu, Mengeksplorasi dan meriset tentang problem lokal; mengidentifikasi motivasi dan pengetahuan atau sumber daya; merencanakan kerjasama dan melaksanakan; serta membagikan pengalaman kita.
Di akhir paparannya, Kak Pras membagikan contoh-contoh yang telah dilakukan oleh National Scout Organization (NSO) lainnya dalam melaksanakan atau mengimplementasikan program Scouts for SDGs ini. (cst)