PRAMUKADIY — Cucu Bapak Pramuka Indonesia, Kak GKR Hayu menjadi narasumber pada Dialog Santai yang digelar oleh Komisi Pengabdian Masyarakat (Abdimas) Kwartir Nasional Gerakan Pramuka secara virtual, Selasa (12/04/2022).
Pada Dialog Santai Abdimas yang dilaksanakan dalam rangka Hari Bapak Pramuka Indonesia tahun 2022 tersebut, Kak GKR Hayu memberikan gambaran terkait dengan Renewing of Scouting di Era Industri 4.0 dan Society 5.0. Renewing of Scouting merupakan gagasan Kak Sri Sultan Hamengku Buwono IX yang pernah diutarakan pada konferensi kepanduan sedunia di Tokyo, 1971 silam.
Kak GKR Hayu yang merupakan Wakil Ketua Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Daerah Istimewa Yogyakarta (Kwarda DIY) Bidang Hubungan Masyarakat, Teknologi Informatika, dan Kerjasama (HumasTika) mengawali paparannya dengan menunjukkan perbedaan Industrial Revolution dan Society.
Hal tersebut menurut Kak GKR Hayu merupakan cara untuk menyamakan persepsi di antara peserta Dialog agar dalam berdiskusi menjadi lebih optimal dan sesuai dengan topik yang sedang dibahas.
“Kalau Society itu mulai dari kita masih hunting (berburu), habis itu kita menjadi tidak nomaden lagi (menetap) dan menjadi agraris, mulai bercocok tanam,” ujarnya.
Ketika sudah diam di suatu tempat, barulan penemuan-penemuan mulau berkembang, lanjut Kak GKR Hayu. Jadi Industrial Revolution dimulai. Misal ditemukan steam engine, kemudian ada electricity. Sebelumnya tergantung pada lilin, sehingga saat gelap, kerjanya akan berhenti.
“Dulu begitu ada electricity, ada lampu, kita jadi lebih, kerjanya menjadi lebih lama, karena banyak hal tidak tergantung pada tenaga manusia, tapi sudah dikerjakan mesin,” paparnya.
Pada era ketiga Industrian Revolution, mulai dikenal komputer. Dan saat ini pada society 5.0 merupakan digital transformation sudah dikenal bukan hanya komputer dan internet, namun sudah ada yang canggih-canggih yaitu mulai ada Artificial Inteligence, Internet of Thing, dan juga blockchain.
Menurut Kak GKR Hayu, setiap manusia tidak bisa melompat dari industrial revolution. Untuk bisa memakai/menggunakan secara optimal semua teknologi yang available di Digital Transformation, kita harus mengerti tentang komputer, internet, dan hal-hal yang terkait di dalamnya.
Berlanjut pada perbedaan 4.0 ke 5.0 titik beratnya ada pada aktornya. Kalau 4.0, teknologinya ada, namun manusianya masih berperan terpisah pada dunia fisik.
“Jadi masih kita yang inisiasi GPS nya mau ke mana sih? Aktornya masih titik berat pada manusianya. Jadi masih terbatas pada kemampuan processing manusianya,” terangnya.
Lebih lanjut, pada transformasi 5.0 yang sudah ada pembahasan terkait dengan Big Data, Artificial Intelegence, dan berbagai hal yang masih belum banyak familiar. Dalam hal ini data dikumpulkan, AI akan menganalisa, yang menghandle prosesnya adalah komputer, sehingga menarik datanya lebih banyak.
“Solusi yang ditawarkan ini (transformasi digital) bisa lebih berkualitas, karena tidak terbatas pada manusianya,” tegas Kak GKR Hayu.
Relevansinya dengan Renewing of Scouting, sebagaimana pesan Bapak Pramuka yang dikutip oleh Kak GKR Hayu, yaitu ikut sertanya pramuka dalam kegiatan pembangunan bangsa adalah syarat mutlak demi kelanjutan hidup kepramukaan.
Keterlibatan atau kiprah pramuka di tengah-tengah masyarakat untuk membangun Indonesia itu adalah sesuatu hal yang krusial. Dengan anggota pramuka Indonesia mencapai 25 juta, jika pramuka dibekali dan membekali dalam satu lingkungan kecil dan dikerjakan bersamaan, jadinya akan sangat masif.
Relevansinya dari apa yang disampaikan oleh Bapak Pramuka tersebut, cara pramuka berkontribusi pada pembangunan bangsa itu sesuai dengan perkembangan zaman. Hal ini menurut Kak GKR Hayu juga akan mengubah cara kita belajar.
Menyikapi adanya pandemi, Kak GKR Hayu menyebutkan bahwa pramuka juga sudah banyak melakukan adaptasi dengan menggunakan media online. Peserta didik sudah terbiasa dengan belajar di depan layar, sehingga, sangat memungkinan anggota pramuka belajar dari Youtube atau media lainnya.

Kak GKR Hayu memberikan contoh pada hubungan antara pramuka dengan society 5.0 salah satunya dalam penerapan Teknologi Tepat Guna adalah memilih teknologi yang tepat untuk bisa digunakan namun tetap bisa diterima atau dikuasai, sehingga tidak menjadi teknologi yang sia-sia.
“Tujuannya mau apa, teknologinya yang menyesuaikan,” paparnya.
Contoh yang lebih pas, disampaikan oleh Kak GKR Hayu terkait dengan peran bagi yang rentan, misalnya bagi daerah yang rawan bencana. Banyak Pramuka Peduli dengan segala kemampuan, bisa dibekali dengan berbagai hal. Yang berkaitan dengan teknologi misalnya Early Warning System menggunakan Internet of Thing sesuai dengan kondisi yang ada.
Namun demikian, Kak GKR Hayu juga berpesan bahwasanya dengan segala perkembangan zaman teknologi canggih, untuk tidak melupakan atau meninggalkan komunitas yang tidak mempunyai akses terhadap teknologi tersebut, karena mereka adalah yang paling rentan.
Dalam kesempatan tersebut, Kak GKR Hayu juga mengingatkan bahwa pemanfaatan AI juga terdapat bias yang nyata. Mengutip dari apa yang disebutkan oleh Cem Dilmegani, bahwa biasnya AI adalah anomali dalam keluaran algoritma pembelajaran mesin, karena asumsi prasangka yang dibuat selama proses pengembangan algoritma atau dalam data pelatihan.
“AI itu yang bikin (membuat) manusia, yang men-training juga manusia, jadi prejudice (prasangka) nya manusia itu masuk ke dalam IA nya. Semakin ke sini AI itu bukan segalanya/tanpa cacat. Kita harus benar-benar mengerti asumsi yang dipakai dalam AI, sebelum kita deploy lebih luas,” tegasnya.
Contoh yang disebutkan oleh Kak GKR Hayu adalah transliterasi pada penggunaan gender. Bias manusianya masuk, bahwa generalisasi untuk dokter selalu laki-laki dan perawat itu perempuan. Dan memberikan beberapa contoh lain agar tidak serta merta untuk menggunakan AI dalam rujuan yang paling benar.
Di akhir paparannya, Kak GKR Hayu menyampaikan satu pesan penting yang ia kutip dari perkataan sang ayah, Kak Sri Sultan Hamengku Buwono X, yaitu modernisasi bukan berarti westernisasi, sehingga kita tidak melupakan kearifan lokal yang ada dan teknologi ada untuk mempermudah manusia, bukan memperbudaknya. (cst)