YOGYAKARTA — Awal tahun 2024 menjadi waktu penyegaran yang luar biasa bagi kakak-kakak Pelatih Pembina Pramuka di Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Daerah Istimewa Yogyakarta (Kwarda DIY).
Bertempat di Aula Kwarda DIY, Kompleks Bumi Perkemahan Taman Tunas Wiguna Babarsari, Yogyakarta pada Minggu (14/01/2024) diselenggarakan Training of Trainer (ToT) untuk para Pelatih Pembina Pramuka, baik dari unsur Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kepramukaan Tingkat Daerah maupun Cabang.
Kegiatan secara sederhana dibuka oleh Kak Suraji Widarta selaku Wakil Ketua Kwarda DIY Bidang Pembinaan Anggota Dewasa (Binawasa).
Dalam sambutannya Kak Suraji berpesan dari TOT ini, para pelatih yang hadir dapat kemudian memberikan arahan ataupun contoh untuk kakak-kakak pembina maupun calon pembina.
Kegiatan dilaksanakan selama satu hari dengan sharing beberapa materi yang didapatkan oleh perutusan Kwarda DIY pada ToT yang digelar Kwartir Nasional pada beberapa waktu lalu.
Adapun materi tersebut antara lain tentang Penghayatan Prinsip Dasar Kepramukaan (PDK) dan Metode Kepramukaan (MK), Desain Kursus, serta Manajemen Risiko.
Kemudian materi PDK dan MK dipandu oleh Kak Sugiyanto dikemas dalam bentuk permainan. Peserta dibagi berkelompok tiap golongan kemudian berdiskusi lalu mempraktikkan permainan yang dapat diterapkan pada setiap golongan masing masing.
Secara khusus materi yang disampaikan dititikberatkan pada Manajemen Risiko. Kak Idi Setiyobroto, selaku salah satu perwakilan peserta ToT Kwarnas menyampaikan materi tersebut.
Ia menjelaskan tentang beberapa hal terkait Manajemen Risiko, salah satunya berkaitan dengan peran-peran khusus pada bidang ini, seperti Incident Commander (IC), Safety Officer (SO), dan Medical Respons (MR).
Diterangkan secara detil bahwa IC adalah orang yang bertanggung jawab atas seluruh aspek tanggap darurat; termasuk dengan cepat mengelola semua operasi kedaruratan, penerapan sumber daya serta bertanggung jawab untuk semua orang yang terlibat.
“IC menetapkan prioritas dan mengatur ERT dan Emergency Action Plan secara keseluruhan,” tegas Kak Idi dengan menunjukkan bahwa IC menggunakan Rompi Merah.
Kemudian Safety Officer dengan seragam Rompi Hijau bertugas melakukan identifikasi dan pemetaan mengenai apa saja potensi risiko dan bahaya yang akan muncul atau pernah terjadi di lingkungan kerja.
“SO Melakukan penilaian/level risiko dan apa saja yang akan dihadapi jika hal tersebut sampai terjadi,” terang Kak Idi.
Sementara itu Rompi Putih dikenakan oleh Medical Response, yaitu mereka yang bertugas memberikan pelayanan kesehatan kepada seluruh personil serta mendukung manajemen dengan memberikan laporan harian.
ToT Kwarda DIY hari ini ditutup oleh Kak Prayoga Antawirya, Kepala Pusdiklatda DIY. Ia berharap para peserta dapat menerapkan sekaligus memberikan kepada kakak-kakak pembina ataupun calon pembina misalnya pada saat KMD, KML atau dikesempatan lainnya.
“Kita perlu selalu memperbarui pengetahuan yang kita miliki agar sebagai pelatih pembina juga dapat memberi bimbingan yang baik kepada para pembina yang ada di DIY ini,” pungkasnya.
(ids/nar/cst)