YOGYAKARTA — Dalam rapat koordinasi lintas bidang yang digelar oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) kabupaten Sleman terkait kesiapsiagaan unit operasional dan unit pelaksana atas perkembangan aktivitas gunung merapi, dilaporkan update salah satunya oleh Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Badan Geologi Kementerian ESDM, Jumat (17/03/2023).
Rapat Koordinasi yang digelar di Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BPBD Kabupaten Sleman JI. Kaliurang No. 17 Sanggrahan, Pakembinangun, Pakem, Sleman, dihadiri berbagai unsur yang menyampaikan berbagai update kondisi merapi terkini.
Dalam paparan yang disampaikan oleh Ibu Sulistiyani, BPPTKG Badan Geologi Kementerian ESDM mengawali dengan infografis kronologis aktivitas gunung merapi mulai dari tahun 2012 hingga 2021. Tercatat mulai 4 Januari 2021 sampai dengan saat ini telah terjadi erupsi efusif, pertumbuhan kubah, pembentukan awan panas, dan guguran lava.
Erupsi 11 sampai 17 Maret 2023
- Sabtu, 11 Maret 2023 pukul 12.12 WIB mulai terjadi serangkaian awanpanas guguran (APG).
- Jarak luncur terjauh 4 km ke arah barat daya (Sungai Bebeng dan Krasak).
- Akibat erupsi ini, sejumlah daerah di Jawa Tengah di sektor barat-barat laut melaporkan terjadinya hujan abu seperti di Kabupaten Magelang, Boyolali, Temanggung, Wonosobo dan Banjarnegara.
- Hingga tanggal 17 Maret 2023 pukul 12.00 WIB, tercatat 67 kejadian awanpanas guguran dengan jarak luncur maksimal 4 km dari puncak di alur Sungai Bebeng dan Krasak.
Perkembangan yang terjadi erupsi merapi dalam durasi 8 hari terakhir tersebut, durasi APG relatif menurun dibanding pada saat tanggal 11 Maret 2023. Jumlah kejadian dan intensitas APG semakin menurun, dan saat ini aktivitas vulkanik masih fluktuatif, awan panas guguran sesekali terjadi, kejadian guguran masih intensif.
Dalam melakukan validasi pendataan aktivitas merapi tersebut, Badan Geologi melakukan beberapa hal seperti menerbangkan drone tanggal 12 Maret 2023 pukul 08.00 WIB untuk memvalidasi jarak luncur erupsi.
Hasil foto udara menunjukkan jarak luncur terjauh adalah 3,7 km ke arah Sungai Bebeng; Jarak luncur ini masih berada di daerah potensi bahaya saat ini, yaitu sejauh 7 km dari puncak Gunung Merapi di alur Sungai Bebeng, Krasak, Bedog.
Dan dari analisa yang dilakukan, Aktivitas kegempaan internal masih tinggi. Data dalam 6 bln terakhir menunjukkan bahwa Vulkanik dalam (VTA): 65 kejadian/hari; Vulkanik dangkal (VTB): 3 kejadian/hari; Multifase (MP): 17 kejadian/hari.
Kemudian data deformasi tiltmeter lereng utara menunjukkan adanya tren penurunan/deflasi; Data deformasi GPS baseline selatan-utara (LABH-JRKH) juga menunjukkan ada deflasi pasca APG tanggal 11-15 Maret 2023; serta Aktivitas saat ini dominan pertumbuhan kubah lava dan kejadian guguran.
Kesimpulan
Dengan pendataan dan validasi serta analisa yang dilakukan tersebut, Badan Geologi membuat setidaknya ada 6 poin kesimpulan sebagai berikut,
- Status aktivitas ditetapkan dalam tingkat “SIAGA”.
- Potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awanpanas di sektor selatan–barat daya meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal 5 km, Sungai Bedog, Bebeng, Krasak sejauh maksimal 7 km. Pada sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal 3 km dan Sungai Gendol 5 km. Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak.
- Suplai magma baik dari dalam maupun dangkal masih berlangsung yang dapat memicu terjadinya awanpanas di dalam daerah potensi bahaya. Awanpanas dan guguran dapat terjadi sewaktu-waktu.
- Hujan dapat memicu terjadinya lahar pada endapan sisa erupsi dan ketidakstabilan kubah lava. Masyarakat agar tidak beraktivitas di alur sungai dalam wilayah KRB ketika terjadi hujan di puncak Merapi.
- Masyarakat dan pemerintah agar mengantisipasi gangguan abu vulkanik. Abu vulkanik tidak membahayakan jiwa secara langsung namun cukup berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. Penduduk yang terkena hujan abu tidak serta merta harus mengungsi.
- Tidak terbatas pada daerah potensi bahaya saat ini, dusun-dusun di KRB III termasuk di sektor barat-barat laut dihimbau melakukan upaya penguatan kapasitas menghadapi bencana G. Merapi melalui persiapan sarana-prasarana, pelatihan kesiapsiagaan dan simulasi-simulasi.
***