UPAYA meningkatkan pemasaran dan promosi pariwisata Kabupaten Sleman dilakukan dengan merangkul banyak pihak. Salah satunya Pramuka. Lewat Saka Pariwisata ini, Dinas Pariwisata mendidik generasi muda yang berkualitas untuk mendukung pariwisata.
Guna membekali pemahaman terhadap branding Sleman yang baru serta dunia pariwisata pada umumnya, sebanyak 92 pramuka Saka Pariwisata dari Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah mendapat latihan krida dan pembekalan Sapta Pesona. Pembekalan dilakukan dalam Sarasehan Sadar Wisata di Desa Wisata Pentingsari, Minggu (8/10). Tema sarasehan “Peran Pramuka dalam Menyukseskan Branding Jogja Istimewa dan Sleman The Living Culture”.
Secara rinci, Ketua Sangga Kerja Sarasehan Ardiansyah Sanjaya menguraikan dari 92 orang tersebut 70 orang peserta anggota Saka Pariwisata Sleman. Kemudian, 10 orang peserta dari Saka Bhayangkara, Bakti Husada, Kalpataru, Wirakartika, dan Wanabakti Sleman. “Dan 12 orang peserta dari Saka Pariwisata Magelang, Saka Pariwisata Kota Semarang, Saka Pariwisata Surakarta, Saka Pariwisata Kulonprogo, Saka Pariwisata Gunungkidul dan Saka Pariwisata Bantul,” urai Ardiansyah Sanjaya.
Sarasehan Jogja Istimewa dan Sleman The Living Culture ini menampilkan pemateri Ir. Condroyono, M.SP (pengamat pariwisata), HY. Aji Wulantara, S.H. (Kepala Dinas Kebudayaan Sleman), Guntur Eka Prasetya (Ketua Badan Promosi Pariwisata Sleman).
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman Dra Hj Sudarningsih MM mengatakan Saka Pariwisata Sleman pada tahun 2017 telah berusia 3 tahun. Tahun ini Saka Pariwisata Sleman sudah melaksanakan pelatihan krida sebanyak 23 kali kegiatan di 3 krida yang terdapat di Saka Pariwisata yaitu Pemandu Wisata, Penyuluh Wisata, dan Kuliner Wisata. “Mereka mendapat materi yang berasal dari ASITA Sleman, HPI Sleman, dan APJI Sleman dengan fasilitasi Dinas Pariwisata Sleman melalui Kampanye Sadar Wisata,” kata Sudarningsih.
Saka Pariwisata Sleman sebagai salah satu mitra kerja Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman, kata Sudarningsih, tidak hanya membantu kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh dinas. Mereka adalah kader-kader muda dalam membangun pariwisata di Sleman pada masa yang akan datang.
“Perlu kita ketahui bersama, potensi pariwisata Sleman terus berkembang dan menuju arah yang positif dengan sinergi yang baik antara pemerintah, pengembang, dan juga masyarakat. Sikap disiplin, terampil, giat, dan kreatif dalam jiwa Gerakan Pramuka sebagai salah satu motor penggerak dalam membangun kepariwisataan yang terus berkembang tersebut,” tambah perempuan yang biasa disapa Ning ini.
Ditegaskan, peluncuran branding Sleman The Living Culture, Part of Jogja telah memberikan semangat baru bagi pembangunan kepariwisataan di Sleman. Sleman berusaha menyuguhkan jati dirinya sebagai daerah dengan nilai budaya dan seni tradisi yang dijaga secara baik dan berkelanjutan. Suguhan tersebut akan dapat dengan mudah disajikan dalam wadah yaitu sektor pariwisata.
Sektor pariwisata di Sleman harus mampu menjaga nilai budaya dan seni tradisi yang sesuai dengan dinamika perkembangan zaman sebelum menyajikannya sebagai atraksi yang dijual kepada wisatawan. Oleh karena itu, partisipasi Saka Pariwisata Sleman dalam menyukseskan branding tersebut selalu dinantikan dengan berbagai penyegaran inovasi-inovasi kegiatan yang nyata dalam rangka menjaga nilai budaya dan seni tradisi yang sesuai dengan dinamika perkembangan zaman dan norma yang berkembang di masyarakat.
Ning menegaskan, Yogyakarta telah menetapkan pesan moral tentang pentingnya memelihara keseimbangan alam dan budaya dalam semboyan ”Hamemayu Hayuning Bawana” sebagai visi dengan spirit pembangunan Golong Gilig, Sawiji, Greget, Sengguh, Ora Mingkuh sebagai semangat dan wataking satriya ing Ngayogyakarta Hadiningrat.
Semboyan tersebut memiliki makna filosofis yaitu kepemimpinan yang selalu mengupayakan peningkatan kesejahteraan rakyat dan mendorong terciptanya sikap serta perilaku hidup individu yang menekankan keselarasan dan keserasian antara sesama manusia, manusia dengan alam, dan manusia dengan Ilahi dalam menjalani hidup dan kehidupan.
“Pesan moral tersebut menjadi salah satu semangat perbaikan bagi kaum muda juga menjadi semangat bagi Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Daerah Istimewa Yogyakarta untuk menyelenggarakan International Scout Camp 2018,” tandas Ning.
International Scout Camp 2018 ini merupakan kegiatan perkemahan bagi Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega (rover scout) seluruh Indonesia dan juga berbagai negara yang menjalin hubungan kerja sama melalui sister city serta beberapa negara di kawasan Asia Tenggara.
International Scout Camp 2018 diharapkan dapat memunculkan semangat peradaban baru berdasarkan prinsip “luru ilmu” dan “luru kawruh” melalui pendekatan budaya dan pariwisata di Yogyakarta.
“Momentum tersebut sebagai ajang Saka Pariwisata Sleman untuk berlatih dan mempraktekkan hasil latihan pada tahun 2017 ini. Oleh karena itu, kami berpesan kepada kakak-kakak untuk tetap menjaga dan meningkatkan semangat belajar pariwisata, bahasa, dan juga manajemen kegiatan sehingga kita mampu seutuhnya menyukseskan kegiatan tersebut,” pungkas Ning.
Sumber : CowasJP.com