Menjadi anggota Pramuka tak hanya harus menguasai aneka keahlian dan keterampilan lapangan. Pramuka juga dituntut memahami sejarah dan budaya. Nah, didorong upaya pelestarian situs peninggalan Kerajaan Mataram Kuno di Jogjakarta, Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) DIY menggandeng kwartir daerah menggelar jelajah budaya. Untuk menggali sejarah Mataram Kuno.
Tak kurang 215 anggota Pramuka dari SMA dan SMK se-DIY terlibat dalam ajang yang dipusatkan di Situs Ratu Boko, Prambanan.
Ketua Panitia Ignatius Eka Hadiyanta mengatakan, jelajah budaya untuk mengenalkan potensi peninggalan sejarah yang tersembunyi. Sebagaimana diketahui, banyak situs atau benda-benda peninggalan kerajaan kuno tersebar di permukiman warga pelosok desa.
“Kali ini kami fokus pada peradaban Mataram Kuno di perbukitan Prambanan. Banyak sekali situs yang bisa dipelajari,” katanya di sela memandu acara kemarin (6/11).
Menurut Eka, situs sejarah yang ada bukan hanya bercerita tentang kejayaan kerajaan pada masa lampau. Di situ juga ada gambaran toleransi antarumat beragama. Tepatnya perpaduan antara budaya Buddha dan Hindu.
Prambanan lebih dikenal sebagai kawasan Siwa Plateau. Banyak sekali peninggalan Mataram Kuno, selain candi dan artefak. Jejak peradaban inilah yang menjadi poin penting dalam jelajah budaya tahun ini.
Warisan fisik itulah yang menguatkan dugaan bahwa kawasan perbukitan Prambanan dulunya adalah permukiman kuno. Ini dikuatkan dengan keberadaan situs Keraton Ratu Boko yang terletak di puncak Bukit Ratu Boko.“Kalau melihat Boko sebenarnya tidak hanya sebuah candi. Kemungkinan ada permukiman kuno di area ini. BPCB DIJ terus melakukan pengembangan penelitian terkait Keraton Ratu Boko,” jelasnya.
Keterlibatan Pramuka merupakan ajakan kepada generasi muda. Agar mereka mau dan bersedia menjaga, melestarikan, dan mengenalkan kekayaan warisan budaya tersebut.
Jelajah budaya tak ubahnya kegiatan lapangan yang biasa dijalani anggota Pramuka. Kali ini, peserta dibagi menjadi 22 kelompok. Setiap kelompok dipasrahi sebuah peta. Di setiap titik perhentian terdapat poin-poin penting bernilai budaya.
Sebelum menjalani wide games, peserta apel bersama di pelataran Candi Ijo. Selanjutnya, mereka harus menyusuri kawasan Siwa Plateau yang berada di tengah permukiman warga. Mulai Tebing Breksi, Candi Sari, Candi Barong, lalu ke Candi Dawangsari, dan area Ganesha, hingga berakhir di situs Ratu Boko. “Perjalanan kurang lebih menempuh jarak 7 kilometer dengan berjalan kaki,” ujarnya.
Kegiatan tersebut diselipi misi pelestarian alam dengan pembagian bibit pohon bagi masyarakat setempat. Juga pelepasan ikan di dam Candi Sari. “Jelajah budaya akan kami jadikan agenda rutin. Tahun depan dengan lokasi berbeda. Intinya sama,” ucap Eka.
Sumber : RadarJogja