Kami berdua, penulis dan Kak Budi Ruseno, Andalan Nasional Kwarnas Gerakan Pramuka dan Ketua Purna Aktivis Dewan Kerja (PADK) Wiradhiratsaha Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), berkesempatan menjadi visitor mandiri menengok pelaksanaan Jambore Dunia ke 25 (The 25th World Scout Jamboree) yang berlangsung dari tanggal 1 sampai dengan 12 Agustus 2023 berlokasi di SaeManGeum, Propinsi Jeollabuk-do, Korea Selatan dengan tema besar “Draw your Dream!”.
Lokasi Jambore Dunia memanfaatkan lahan seluas 800 hektar di tepi pantai SaeManGeum. Kali ini Jambore Dunia dihadiri 43.000 peserta dari 158 negara dan Indonesia mengirim delegasi besar sejumlah 1.569 Pramuka Penggalang.
Kami berdua berkunjung langsung ke area perkemahan Jambore Dunia ke 25 pada hari Senin 7 Agustus 2023, sehari sebelum dilaksanakan gerakan evakuasi peserta Jambore Dunia keesokan harinya dari seluruh perkemahan karena alasan ancaman Taifun Khanun yang diperkirakan melanda daerah SaeManGeum.
Untung sekali kami bisa mendapatkan informasi dan fakta lapangan seharian penuh, berjumpa dengan para pimpinan Kwarnas Gerakan Pramuka di Tenda Posko Pameran Indonesia dan Tenda Indonesia Food House di Arena Delta Centre, meninjau perkemahan Kontingen Pramuka Daerah Istimewa Yogyakarta di Subcamp Mossion dan tentu yang mengharukan serta membanggakan hati penulis bisa bertemu dengan cucu Kerlap Semesta Paramartha, sebagai peserta Jambore Dunia ke 25 dari Kontingen Pramuka Kwarda Jawa Barat berasal dari Gudep 01-139, berpangkalan di SMP Cakra Buana, Depok, Jawa Barat.
Mengasyikan juga diceritakan bagaimana caranya kami berdua bisa menuju area perkemahan yang jauh dari ibukota Seoul? Pagi-pagi setelah sarapan di warung kecil depan hotel di daerah Jongro, Seoul, kami naik kereta Subway mengarah ke setasiun Bus Express Cenral City.
Setelah sampai di setasiun tersebut kami beli tiket Bus Express jurusan kota kecil Buan, kota terdekat dengan lokasi perkemahan Jamboree Dunia di SaeManGeum.
Perjalanan bus kurang lebih 3 jam sama perjalanannya dengan Yogyakarta ke Semarang. Kami turun di terminal Buan berganti transportasi naik taxi menuju bumi perkemahan Sae ManGeum kurang lebih memakan waktu satu jam dan kami diturunkan di Gedung Welcome Centre di gerbang arena perkemahan Jambore Dunia ke 25.
Di Gedung Welcome Centre ini kami mendaftarkan sebagai visitor ditarik fee sebesar 20.000 Won per orang dan kami mendapatkan tiket masuk, gelang tangan (wristband) dan sebuah peta Jamboree Dunia ke 25.
Kemudian kami diarahkan menuju area Delta Centre sebagai Pusat Kegiatan Jambore dan tempat bertemunya para visitor dengan para peserta Jambore. Di Delta Centre ini kami langsung mencari bendera Merah Putuh berkibar dan disanalah lokasi tenda Posko Pameran Gerakan Pramuka Indonesia berada.
Kami bertemu para pimpinan Kwarnas antara lain Kak Ahmad Rusdi, Kak Yuniar Ludfi, Kak Berthold Sianulan, dan para Andalan Nasional lainnya. Ketika makan siang di Indonesia Food House menikmati nasi rendang Padang ternyata Chiefnya merangkap kasirnya Kak Brata Triyana.
Suasana di area Delta Centre sudah hiruk pikuk lalu lalang para peserta Jambore dari berbagai negara sudah siap semua melakukan evakuasi keluar perkemahan. Karena Ketua Komite Jambore Dunia ke 25 Mr. Simon Rhee sudah menyampaikan pengumuman resmi agar semua peserta evakuasi keluar perkemahan karena diprediksi kuat ada ancaman badai taifun Khanun dari arah Laut China Selatan menuju ke semenanjung Korea.
Siang itu juga tenda Posko Pameran Indonesia ditutup dan membagi habis segala merchandise atau souvenir dari Indonesia kepada setiap peserta Jamboree yang lewat di depan tenda Indonesia.
Akhirnya diketahui lokasi evakuasi Kontingen Pramuka Indonesia berada di kompek Kampus Wonkwang University di kota Iksan, kira-kira satu jam perjalanan dari SaeManGeum. Kita semua mengucap syukur kehadirat Ilahi bahwa seluruh peserta dari Kontingen Pramuka Indonesia masih tetap solid, sehat dan semangat mengikuti kegiatan Jambore ini.
Beberapa catatan penulis yang penting dari hasil menengok pelaksanaan Jambore Dunia ke 25 ini, setelah bicara dari hati ke hati dan setengah investigasi dengan cucu penulis sendiri, Kerlap, maka beberapa hal bisa disampaikan sebagai berikut:
- Pemilihan Waktu Penyelengaraan Jambore
Nampaknya sudah menjadi tradisi di kalangan Kepanduan Dunia bahwa penyelenggaraan Jambore Dunia dilaksanakan dan dimanapun berada dapat dipastikan pada musim panas. Nah pada tahun ini memang cuaca ataupun iklim dunia sedang mengalami anomali, sehingga di seluruh Kawasan Korea Selatan dilanda hawa panas yang luarbiasa tingginya rata-rata 38 derajat Celsius.
Sebenarnya bagi para peserta Jambore yang berasal dari daerah tropik sudah terbiasa bahkan tidak masalah menghadapi tantangan suhu sepanas itu, tetapi bagi peserta yang berasal dari daerah Sub Tropik maupun daerah yang terbiasa bersuhu dingin akan sangat mengganggu ketahanan tubuhnya. Kerlap sendiri memang merasakan betapa panasnya suhu di SaeManGeum dan dia punya usul seyogyanya penyelenggaraan Jambore yang akan datang dilaksanakan pada Musim Semi yang relatif cuaca bersahabat tidak terlalu dingin dan tidak terlalu panas.
- Lokasi Perkemahan
Lokasi perkemahan yang berdekatan dengan pantai dihampari pasir yang lembut dan hampir tidak ada pohon peneduh. Pada waktu turun hujan pada satu hari sebelum pembukaan cukup merepotkan peserta Jambore untuk mendirikan tenda, karena tanah becek dan berlumpur.
Hal ini berkaitan dengan strategi pemilihan tempat yang memadahi persyaratannya antara lain standar minimal sebagai bumi perkemahan perlu harus dipenuhi. Dengan luas lahan sekitar 800 hektar sebetulnya cukup ideal sebagai lokasi penyelenggaraan Jambore Dunia tetapi apabila tidak disertai persiapan fisik yang matang maka lahan seluas itu menjadi salah satu kendala secara tehnis untuk menyelenggarakan perkemahan sebesar Jambore ini.
- Sarana Perkemahan
Pengadaan Sarana perkemahan harus tersedia secara proposional dengan kebutuhan para peserta perkemahan, apalagi peserta perkemahan Jambore Dunia ke 25 mencapai angka 43.000 pandu dari seluruh dunia.
Beberapa kasus terjadi memang antara lain perkemahan Pandu Inggris dan Amerika Serikat terkena limpahan limbah tinja dari toilet peserta Jambore akibatnya mereka menarik diri dari kesertaan di Jambore ini disamping faktor suhu yang terlalu panas bagi peserta didiknya.
Bagi peserta Jambore dari dari negara yang seluruhnya atau sebagian menganut agama Islam, seperti Indonesia, maka penyediaan makanan yang halal menjadi hal yang pokok dalam mengikuti perhelatan besar seperti Jambore ini. Namun kata Kerlap, setelah beberapa hari berkemah di SaeManGeum penyediaan bahan makan dan minum berangsur membaik penyediaannya.
Penyediaan transportasi bus yang berkeliling di seluruh area perkemahan sangat dibutuhkan peserta Jambore untuk menghemat tenaga, namun antara jumlah bus dengan peserta masih belum imbang sehingga walaupun bus berselang antara 30 – 40 menit datangnya di setiap halte bus stop masih nampak penuh sesak penumpangnya.
- Panitia Penyelenggara
Apabila membahas peran dan fungsi Panitia Penyelenggara Jambore Dunia Ke 25 ini semestinya tidak hanya terbatas pada negara tuan rumah (host country) penyelenggara, yakni Organisasi Kepanduan Nasional Korea Selatan, yang diketuai Mr. Simon Rhee saja, tetapi harus dievaluasi secara menyeluruh dari hulu sampai hilir, dari tingkat World Organization of Scout Movement (WOSM) sampai dengan setiap negara anggota WOSM.
Sejauhmana kesiapan mereka masing-masing dari tahap merekrut peserta Jambore sampai dengan mengendalikan manajemen pelaksanaan Jambore ini agar bisa dijaga benar marwah tugas utamanya yakni melaksanakan Jambore sesuai dengan tema dan dasar-dasar kepanduan yang disepakati selama ini. Nah dalam pelaksanaan Jambore kali ini memang terkesan semuanya kurang siap siaga menghadapi segala sesuatu yang akan terjadi atau dihadapi.
Menurut penuturan Kerlap, terasa masih sedikit tenaga IST (International Service Team) yang membantu panitia pelaksana Jambore. Semestinya ada IST yang setiap saat atau setiap hari meninjau perkemahan rasanya tidak terjadi di penyelenggaraan Jambore tahun ini.
Sementara itu terlihat peserta Jambore yang berjubel antri naik bus yang panjang dan berhawa panas, ada sejumlah IST yang mendapat prioritas nyelonong masuk bus. Apapun alasannya terasa tidak elok di depan mata peserta Jambore mereka punya hak yang lebih daripada peserta Jamboree.
- Tema Jambore
Tema Jambore menjadi penting apabila ingin mengetahui tolok ukur keberhasilan penyelenggaraan Jambore, apalagi di tingkat internasional. Seperti Jambore Dunia ke 25 ini memilih tema “Draw your Dream!”, dengan mengusung program kegiatan yang telah direncanakan meliputi: Scouting for Life, Smart and Scientific, dan ACT (Adventure, Culture, Traditional).Namun dalam pelaksanaannya semua rencana kegiatan tersebut tidak bisa seluruhnya dilakukan di sekitar perkemahan, ada kegiatan yang onside (dalam perkemahan) dan offside (di luar perkemahan), sehingga setiap hari diperlukan sistem transportasi untuk mengatur peserta Jambore ke luar perkemahan yang menguras tenaga dan waktu. Dalam hal ini Kerlap mengamati bahwa tema Jambore kali ini belum sepenuhnya bisa membantu peserta Jambore untuk menggambar impiannya.
Demikianlah oleh-oleh cerita menengok penyelenggaraan Jambore Dunia ke 25 yang berlokasi di SaeManGeum Korea Selatan ini yang ditutup dengan hingar bingar pertunjukan Konsert Musik K-Pop yang sedang ngetrend di dunia. Seakan segala kekurangan penyelenggaraan Jambore ini dilebur oleh kemeriahan musik K-Pop.
Namun harus menjadi catatan yang penting bagi Gerakan Kepanduan Dunia ke depan, apabila masih ingin mempertahankan prinsip-prinsip Kepanduan Dunia dan menjalin Persaudaraan antar Pandu dari seluruh penjuru dunia (the Spirit of Scout Brotherhood), maka hal ini bukan saja urusannya WOSM tetapi seluruh pemangku kepentingan dalam hal ini para anggota WOSM yang terdiri dari Organisasi Kepanduan Nasional (National Scout Organization) harus memiliki semangat dan tenaga yang lebih untuk memperbaiki bahkan menyempurnakan Gerakan Kepanduan di seluruh dunia.
Tak terkecuali bagi Gerakan Pramuka Indonesia, sebagai Organisasi Kepanduan Nasional yang tergabung dalam WOSM harus selalu siap sedia memperbaiki diri dalam membina dan mengembangkan para peserta didik Gerakan Pramuka, yang konon terbesar jumlah anggotanya di dunia, bukan sekedar besar secara kuantitas tetapi akan lebih penting lagi meningkatkan kualitas Pendidikan Kepramukaannya, tentu saja juga bukan sekedar kuat kelembagaannya tetapi mutu sumberdaya manusia Andalan, Pelatih dan Pembinanya.
Akhirulkalam bisa dinyatakan bahwa Jambore Dunia ke 25 sudah usai, baiklah segala kekurangan itu tanggungjawab golongan Pramuka/Pandu dewasa, namun untuk golongan Pramuka/Pandu muda biarlah menikmati dan merasakan keindahan serta manfaat mengikuti Jambore ini.
Dirgahayu Gerakan Pramuka Indonesia di usia ke 62!
Kak Prijo Mustiko, Anggota Majelis Pembimbing Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Masa Bakti 2020-2025; Pemerhati Kebudayaan, Pemerhati Bambu, Pemerhati Memorabilia Pramuka, Tim Museum Pramuka Indonesia di Yogyakarta, Peserta Jamdun 12 Idaho, USA 1967