Setiap tanggal 22 Februari kita memperingati Hari Baden-Powell, sebagai hari kelahiran pendiri gerakan kepanduan yang semua Pramuka dan pandu di seluruh dunia jalani sekarang. Tidak terhitung peninggalannya jika direntangkan dari nilai, tulisan, dan kerangka kepanduan lainnya yang dipakai para pandu hari ini. Itulah legacy, yang sudah berlangsung seratus tahun lebih.
Lebih dari seratus tahun pandu-pandu berkemah, saling mengenal, dibina dan membina, hingga membantu masyarakat. Mereka berkarya, pada masyarakat, negara, juga alam. Baden-Powell atau B-P memulai semua ini dengan mengadakan perkemahan, dengan mengajak pemuda-pemuda London ke Brownsea Island. Mereka dilatih kecakapan hidup dan ditempa mental, untuk kemudian setelah sepekan kembali ke dunia luar.
Dunia luar itu kemudian terceritakan juga kisah-kisah perkemahan, dan metode pendidikan yang diterapkan Baden-Powell tidak berhenti pada Brownsea Island. Ia disambut baik untuk menerapkannya lebih luas. Singkat cerita, sampai pada apapun yang ada sekarang.
B-P telah tiada. Kisah dan pesannya diceritakan dan disampaikan dari masa ke masa, kepada kita yang menerima legacy-nya. Kita yang ber-Pramuka pada hari ini, bisa jadi hanya menerima, tetapi kadang kita bolehlah memikirkan bagaimana semua ini terus ada dan sampai kepada kita. Tidaklah bisa terjadi kecuali B-P begitu hebat dan penerus-penerusnya begitu kreatif memperbarui relevansi kepanduan tiap zamannya.
Pada awal masa, B-P telah bisa mengadakan konferensi pandu dunia, tetapi kontennya tentu begitu berbeda dengan yang ada sekarang. Tidak perlu seabad, dalam beberapa tahun saja keadaan dunia bisa begitu berubah. WOSM mencanangkan visi bernama Vision 2023 pada World Scout Conference tahun 2014, tetapi tidak ada yang mengira tahun 2020 ada pandemi yang begitu mengubah segala aspek aktivitas manusia.
Jambore dunia sudah ada sedari awal sejarah kepanduan. Tetapi B-P tidak mengira akan ada jambore memakai radio (JOTA), ataupun jambore di laman internet (JOTI). Juga tidak usah sampai B-P, kita tidak ada yang mengira kegiatan alam terbuka Pramuka bisa mendadak digegarkan oleh pandemi virus. Pada titik ini kita dapat bersyukur hidup pada masa serba terhubung, menyebabkan banyaknya kesempatan atau pilihan solusi yang bisa dilakukan jika satu cara tidak bisa dilakukan.
Salah satu dari 13 WOSM Service Platform adalah Communication, menekankan bahwa “Scouting doesn’t exist in isolation.” Pada suatu waktu di tahun 2015, sekelompok Pramuka resah dengan ketiadaan berita Pramuka. Maka hadirlah Indonesia Scout Journalist. Waktu berjalan dan pada hari ini entitas Pusinfo diatur sebagai bagian dari kwartir. Informasi digital menjadi keabadian kisah yang dapat menjadi legacy selanjutnya pada Pramuka-Pramuka yang meneruskan di masa depan.
Pramuka adalah pemuda-pemuda kreatif. Hari ini Pramuka menulis. Hari ini Pramuka membuat dan mengedit video. Pramuka juga tetap berbudaya, dan mengembangkan komunitas lokal. Perkemahan tetap ada sebagai kegiatan sentral, di mana Pramuka selalu dekat dengan alam.
Seiring semua itu, masyarakat berubah, begitu pula alam. Dan katanya “scouts are never taken by surprise; they know exactly what to do when anything unexpected happens.”
___
Penulis :
Kak Abiyyi Yahya Hakim
Pemangku Adat Racana Gadjah Mada
#PramukaDIY