Kwartir Nasional (Kwarnas) Gerakan Pramuka berencana mensosialisasikan berbagai kebijakan World Organization of Scout Movement (WOSM) berdasarkan hasil kongres Pramuka Dunia di Azerbaijan kepada Kwartir Daerah. Rencana itu muncul setelah jajaran pengurus Kwarnas mengikuti kegiatan Edufor yang diadakan oleh Asia-Pacific Regional Scout (APRS) di Bangladesh pada 8-12 Desember 2017.
Wakil Ketua Kwarnas Bidang Bina Anggota Dewasa (Binamuda) Kak Susi Yuliati mengatakan, ada beberapa materi yang akan disosialisikan dalam pertemuan dengan Kwarda. Di antaranya mengenai WOSM Policy, The Better World Framework, metode kepramukaan atau cara mensinergikan metode kepramukaan dengan program untuk peserta didik dan anggota dewasa, serta kemitraan.
“WOSM Policy membahas visi kepramukaan dunia 2014-2023. Strategi pencapaian dan program unggulan yang dikembangkan,” ujar Kak Susi, Sabtu (16/12).
Adapun The Better World Framework adalah kerangka pikir dan aksi kepramukaan dunia untuk menciptakan dunia yang lebih baik. Menurut Kak Susi, hal itu wujudkan dalam program Messenger of Peace (MoP) atau Utusan Perdamaian. Program MoP itu disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan dan lingkungan masyarakat masing-masing negara anggota WOSM.
“Kegiatan yang dilaksanakan Gerakan Pramuka antara lain pembangunan jembatan bambu di beberapa desa di pulau Jawa, menumbuhkan budaya menenun songket di kalangan Pramuka Sumatera Barat, kerajinan di Yogyakarta, Scout Train, Pramuka Cinta Buku, dan lainnya,” jelasnya.
Selain itu, ada pula program Ticket to Life. Program ini memberi kesempatan kepada anak-anak terlantar dan anak-anak jalanan mendapatkan pendidikan melalui kepramukaan, agar mereka dapat mengubah kehidupannya menjadi lebih baik. Di Indonesia, program ini harus disosialisasi lebih gencar lagi karena baru ada di dua Gudep, yaitu di Jakarta Pusat dan Depok.
“Saya ingin tumbuh banyak Gudep dari program ini sehingga peran Gerakan Pramuka dirasakan manfaatnya di masyarakat,” jelasnya.
Ada juga program World Scout Environment and Nature Programme (WSEP). Yakni program pendidikan lingkungan yang berorientasi kepada keanekaragaman hayati, perubahan iklim, saving energy, 3R (reduce, recycling, reuse). Meski Gerakan Pramuka pernah menginisiasi seminar internasional tentang pendidikan lingkungan dan keanekaragaman hayati pada tahun 2011, namun program belum berjalan seperti yang diharapkan.
“Saya ingin program WSEP bisa kita implementasi di Indonesia,” tegasnya.
Selain itu, ada juga program SCENE (Scout Centre of Excellent for the Nature and Environment). Kak Susi berharap di setiap NSO terdapat minimal satu pusat pendidikan lingkungan untuk Pramuka. Indonesia sebenarnya bisa menjadi pusat pendidikan keanekaragaman hayati di Asia Pacific.
“Seperti Taiwan yang fokus kepada Marine Biology untuk pramuka di Region Asia-Pasifik,” jelasnya.
Terakhir program Scout of the World Award. Ini adalah program untuk Penegak dan Pandega. Mereka bisa mendapatkan SWA setelah melaksanakan beberapa persyaratan seperti bekerja untuk masyarakat. Misalnya, membangun ekonomi kreatif masyarakat di desa selama beberapa waktu. Program ini mirip program KKN.
“Pramuka Indonesia mestinya banyak yang bisa mendapatkan SWA. Program penelitian mahasiswa yang Pandega, bisa dikaitkan dengan program SWA. Harus kita pikirkan bersama,” tutupnya.
Rencananya sosialisasi kebijakan WOSM akan diadakan pada Februari atau Maret 2018.
Sumber : Pramuka.or.id