YOGYAKARTA — Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) selaku Ketua Majelis Pembimbing Daerah (Ka Mabida) menyampaikan sambutan tertulisnya pada peringatan Hari Bapak Pramuka Indonesia tahun 2023 yang diselenggarakan oleh Kwartir Daerah Gerakan Pramuka DIY, Rabu (12/04/2023).
Sambutan Ka Mabida DIY, Kak Sri Sultan Hamengku Buwono X dibacakan oleh anggota Majelis Pembimbing Daerah Harian, Kak Drs. Suhirman, M.Pd. di Aula Kaca, Kompleks Bumi Perkemahan Taman Tunas Wiguna, Babarsari, Yogyakarta.
Dalam sambutan yang dibacakan, Ka Mabida mengajak bahwa dalam memperingati Hari Bapak Pramuka Indonesia, selayaknya harus diawali dengan kontemplasi batin.
“Hati sanubari dan cakrawala pikiran harus dibuka seluas-luasnya agar pemaknaan atas apa yang sudah dilakukan oleh Bapak Pramuka Indonesia, Sri Sultan HB IX dapat menjadi suluh penerangan dan inspirasi dalam mencintai tanah air indonesia pada masa kini,” ujar Ka Mabida.
Berkat beliau, lanjut Ka Mabida, gerakan kepanduan bertransformasi menjadi Pramuka dengan menanamkan kearifan lokal dan jiwa khas Indonesia.
“Cerminan jati diri pramuka itu wajib menjadi pembawa ketenangan, pembawa kedamaian, pembawa kegembiraan, pembawa kepastian, dan menjadi sosok penyelamat. Itulah tugas pramuka saat ini,” tegasnya.
Menurut Ka Mabida, ketika dinamika global memupus tembok-tembok geografis melalui teknologi, sehingga seluruh umat manusia dapat dengan mudah terkoneksi dengan siapapun dan dimanapun.
Apabila merujuk pada Munas X/2018 tentang perubahan arah kebijakan Gerakan Pramuka dari 2014 – 2034 menjadi 2014-2045, dapat dipahami bahwa pijakan gerakan pramuka telah memasuki periode kedua
“Yang menitikberatkan kepada upaya pengembangan infrastruktur minimum tahun 2020-2024,” ujarnya.
Lebih lanjut Ka Mabida menegaskan bahwa jika pada periode pertama difokuskan pada fondasi transformasi Gerakan Pramuka yang dilakukan dengan penyesuaian, maka pada periode kedua ini difokuskan pada ketahanan Gerakan Pramuka melalui penyediaan infrastruktur minimum yang berkelanjutan.
“Agar eksistensi Gerakan Pramuka tetap berjalan apapun keadaan dan tantangan yang dihadapi,” tegas Ka Mabida DIY.
Infrastruktur terdiri dari sumber daya finansial, sarana prasarana, regulasi, dan tata kelola yang dibutuhkan.
Sehingga pada periode berikutnya, persoalan infrastruktur minimum tidak lagi menjadi fokus, tapi cukup dengan penyempurnaan dan penyesuaian.
Memang tepat kiranya, apabila Gerakan Pramuka fokus pada perkembangan teknologi, karena teknologi seperti dua sisi mata uang, satu sisi bisa bermanfaat dan sisi lainnya ada potensi penyalahgunaan.
Dengan menguasai teknologi, pramuka setidaknya dapat aktif membangun literasi digital dan literasi media, yang terkoneksi dengan literasi finansial.
Sebagai contoh, fenomena scaming/penipuan di dunia maya yang merebak. Pramuka sebagai penjaga moral harus peka terhadap isu-isu tersebut.
Terkait dengan demokrasi kita saat ini yang dituntut harus semakin dewasa, seiring penguatan konsolidasi nasional yang harus terus diperkuat berbekal eling lan waspasda.
Eling, bahwa perbedaan pendapat adalah salah satu hak asasi yang harus dihargai dan dilindungai undang-undang. Serta waspada, bahwa potensi hoax dan provokasi berbagai bentuk akan selalu mengetuk dari berbagai celah-celah tatanan demokrasi.
Untuk itu Ka Mabida berharap, agar pramuka bisa menjadi embun penyejuk dalam setiap perhelatan bangsa. Sambutan diakhiri dengan mengajak peserta bersama-sama mengirim doa kepada Almarhum Sri Sultan Hamengku Buwono IX dengan surat al fatihah. (cst)