YOGYAKARTA — Latihan Kepramukaan edisi ke-3 Pramuka UGM tahun ini, atau Latpram#3 mengangkat konsep workshop secara daring dengan topik “Let’s Become a Messenger of Peace”.
Latpram yang berkolaborasi langsung dengan Messengers of Peace (MoP) Indonesia ini berlangsung pada Minggu siang, 17 Juli 2022, di platform Zoom Meeting. Sekitar 50 peserta hadir, tidak hanya dari Yogyakarta, peserta juga berasal dari luar pulau seperti Banjarmasin dan Lombok.
Dibuka dengan doa dan menyanyikan lagu kebangsaan, bertindak selaku moderator dan menyampaikan pengantar kegiatan adalah Kak Abiyyi Yahya Hakim dari Pramuka UGM.
Bahwa, kegiatan ini masih dalam rangka momen euforia adanya MoP Hero dari Indonesia (setelah 4 tahun vakum), juga dalam masa pendaftaran nominasi MoP Heroes tahun 2022, menjadikan kegiatan ini tepat secara momen.
Workshop ini menghadirkan dua narasumber. Kak Prakoso Permono (Koordinator MoP Indonesia) selaku narasumber memaparkan pemetaan ekspektasi dan pengantar mengenai perdamaian. Peserta diajak memahami terlebih dahulu konsep-konsep penting. Pihaknya juga merasa senang dengan kegiatan yang dilaksanakan.
“Senang sekali dapat bertemu dengan Kakak-Kakak. Saya berharap Kakak-Kakak dapat terinspirasi untuk segera meninisiasi proyek sosial untuk lingkungan sekitar dan menjadi Messengers of Peace,” ujar Kak Prakoso Permono.

Selanjutnya, sesi pengenalan MoP dan MoP Heroes disampaikan oleh Kak Fakhir Naufal (MoP Hero 2021). Berbagi pengalaman, Kak Fakhir juga menyampaikan referensi dan menyadarkan adanya berbagai peluang bagi Pramuka.
Bagian terakhir kegiatan menjadi yang paling penting, karena berusaha menjawab pertanyaan, ‘bagaimana cara membuat proyek sosial?’. Kak Prakoso menyampaikan poin penting dan mendasar, bahwa kita harus mengenali siapa kita, lalu melihat masalah dari sekitar. Dari situ bisa terlihat pilihan solusi yang mungkin hingga potensi proyek.
Rangkaian kegiatan tidak dijalankan dengan satu arah, melainkan interaktif yang mendorong keaktifan peserta. Tiap sesi diselingi diskusi berkelompok di breakout room, termasuk sesi terakhir di mana peserta mencoba membuat satu proyek tiap kelompoknya, dengan bekal alur berpikir yang telah disampaikan sebelumnya.
Tidak terasa tiga jam kegiatan berlangsung, hingga rangkaian ditutup dan disimpulkan oleh moderator. Kegiatan ini tidak menciptakan proyek secara konkret, hanya membekali cerita pengalaman, referensi, hingga alur berpikir untuk mencapai itu. Bagaimana Pramuka berdampak setelah kegiatan pengembangan diri, itulah yang selalu menjadi harapan.
___
Pewarta:
Abiyyi Yahya Hakim | Pemangku Adat Racana Gadjah Mada (Pramuka UGM)