SLEMAN — Pimpinan Satuan Karya (Pinsaka) di Kwartir Cabang (Kwarcab) Gerakan Pramuka Sleman menyelenggarkan Temu Pinsaka IX di Smart Room Dinas Komunikasi dan Informasi Kabupaten Sleman, Sabtu (7/12/2019).
Salah satu agenda dalam Temu Pinsaka IX Kwarcab Sleman ini adalah revitalisasi saka dalam rangka menghadapi era globalisasi dan revolusi industri 4.0. Sebagaimana disampaikan oleh Tim Revitalisasi Saka Tingkat Nasional, Kak Anis Ilahi yang hadir dalam kegiatan tersebut.
Dilansir Media Center Kabupaten Sleman, Kak Anis menjelaskan bahwa hingga tahun 2019 Kwartir Nasional Gerakan Pramuka memiliki 11 Saka yang telah bermitra dengan berbagai lembaga negara dan kementerian, ada Saka Bahari, Saka Bakti Husada, Saka Bhayangkara, Saka Dirgantara, Saka Kencana, Saka Taruna Bumi, Saka Wana Bakti, Saka Wira Kartika, Saka Widya Budaya Bakti, Saka Kalpataru, dan Saka Pariwisata.
Menurutnya, dikarenakan adanya tuntutan, tantangan, dan arah baru sebagai dampak perubahan lingkungan kehidupan, seperti lahirnya generasi milenial, revolusi industri 4.0, potensi bonus demografi, program nasional generasi emas 1945, serta adanya tuntutan implementasi Renstra dan Dasar Karya Kwarnas Gerakan Pramuka masa Bakti 2018-2023, perlu diimplementasikan pula di Satuan Karya.
Salah satu faktor pendorong internal revitalisasi adalah aspek historis yang menekankan pendidikan kepramukaan berorientasi mengembangkan karakter dan kecakapan hidup sejalan dengan kebutuhan anak muda dan remaja Indonesia sebagai potensi kekuataan bangsa,” ujar Kak Anis.
Lebih lanjut pihaknya menjelaskan bahwa ada tiga pendidikan keterampilan pramuka berbasis kecakapan hidup yang perlu dikembangkan saat ini, yaitu life skill, soft skill, dan hard skill.
life skill merupakan keterampilan hidup yang dikembangkan dalam pendidikan Saka agar peserta didik memiliki kemampuan untuk berperilaku adaptif, positif, dan responsif dalam memenuhi kebutuhan serta menghadapi tantangan dalam kehidupan sehari-hari dengan efektif.
Sedangkan soft skill adalah keterampilan yang dikembangkan agar seorang anggota Saka memiliki kemampuan dalam bekerjasama dengan orang lain (interpersonal skills) serta kemampuan mengatur dirinya sendiri (intrapersonal skills) dalam mengembangkan kompetensi yang telah dimiliki secara optimal, produktif, inovatif dan marketable.
Sementara Hard skill, yaitu peningkatan kemampuan anggota Saka dalam penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan keterampilan teknis yang telah dipelajarinya untuk mengembangkan job creation, profesi, dan bidang kerja yang diinginkan serta pengembangan program volunteer secara profesional. (*/cst)