YOGYAKARTA – Program Ticket to Life (TTL) yang dicanangkan oleh Organisasi Gerakan Pramuka Dunia (World Organization of the Scout Movement) merupakan sebuah program yang fokus ingin mengangkat harkat dan martabat anak-anak dari keluarga miskin dan dari keluarga bermasalah dengan cara merangkul dan mengajak mereka bergabung mengikuti pendidikan non formal kepramukaan.
Tujuannya agar mereka kelak dapat menjadi warga negara yang baik, dan agar mereka yang banyak berkeliaran di jalanan tersebut bisa mendapat kesempatan yang sama untuk belajar di sekolah.
Hari Kamis (12/04/2018) tim TTL Indonesia mengajak Pimpinan dan Pembina Gerakan Pramuka Yogyakarta berdiskusi dalam sarasehan di ruang rapat sisi timur BPO DIY dengan narasumber, (1) Kak Brata T Hardjosubroto – Andalan Nasional Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Urusan Hubungan Luar Negeri; (2) Kak Yuwandi – koordinator TTL Siliwangi di Depok, Bogor; yang didampingi 2 Pembinanya (3) Kak Dwi Kurniati dan (4) Kak Tri Sutrisno, serta peserta didiknya (5) Diman Naman Maulana, 17 tahun.
Juga hadir dan menjadi narasumber para Pembina TTL Jayakarta di Jakarta Pusat: (1) Kak Burhanuddin; (2) Kak Yuliati Andriani; (3) Kak Mashadi yang mantan pemulung, dan istrinya (4) Kak Sulasih.
Para Pembina menceriterakan suka-duka perjuangannya menerapkan program TTL di Jabodetabek kepada peserta sarasehan TTL yang diikuti oleh 30 undangan yang terdiri dari unsur Kwarda DIY, Kwarcab se-DIY, Kwarcab Magelang, Kwarcab Klaten, Pramuka Perguruan Tinggi (UIN + UGM), dan Pinsaka di DIY.
Sejak 2006, WOSM mengembangkan program TTL yang mengangkat harkat dan martabat anak-anak dari keluarga miskin dan pra-sejahtera ini, yang dirintis oleh Pramuka Kenya (Kenya Scout Assosiation) dan terus tumbuh dan tahun 2007 digulirkan ke National Scout Organization (NSO) lain seperti di Bangladesh, Filipina, India, Mongolia, Nepal, Pakistan, Sri Lanka, serta Gerakan Pramuka Indonesia.
Fokus dari program TTL ini tidak hanya mengajak anak-anak jalanan belajar di sekolah formal, mereka juga terus dibina dan dilatih agar bisa memiliki keterampilan dengan belajar di Gerakan Pramuka. Artinya, Gerakan Pramuka melengkapi kualitas pendidikan anak-anak jalanan di sekolah formal dengan membangun karakter serta mental mereka menjadi lebih kuat.
Dengan semangat ikhlas dari Pramuka dengan menjalankan program ini secara berkelanjutan, pasti akan sangat membantu pemerintah dalam mengurangi beban negara menghadapi problem sosial yang begitu kompleks.
Menurut data di dunia, saat ini sudah ada kurang lebih 3.000 anak jalanan/dhuafa yang bergabung dalam program TTL dan mereka telah berbagi manfaat kepada 12.000 anak lainnya di seluruh dunia.
Sementara itu menurut Kak Indo Reyano Samili, Andalan Nasional Gerakan Pramuka, TTL merupakan upaya Pramuka untuk memberikan masa depan kaum muda yang lebih baik.
“Ini adalah program pendidikan, sebaiknya ada roadmap untuk daerah yang berminat pengembangan TTL, konsep program, link and match, di mana anak jalanan sudah mersakan kehidupan dipertemukan dengan pendidikan kepramukaan,” ungkapnya.
Kehadiran program TTL ini bisa melakukan pendampingan dan pendidikan bagi anak-anak jalanan yang biasa dicap negatif dan parasit untuk bisa menjadi manusia yang lebih bermanfaat.
Disampaikan dalam forum bahwa akan ada kunjungan dari atim TTL Thailand pada bulan Juni 2018 ke Yogyakarta yang dipimpin oleh Pejabat Kepolisian Thailand, dimana diharapkan pada saat itu para tamu dari Thailand dapat melihat rintisan program TTL di DIY dan Magelang. (voe/cst)