YOGYAKARTA — Pramuka Peduli Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Daerah Istimewa Yogyakarta (Kwarda DIY) merespon status Level III atau Siaga yang ditetapkan oleh Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) untuk perbatasan Jawa Tengah dan DIY.
Diinisiasi oleh Kak Bambang Sasongko (Kokok), Ketua Pusat Pengabdian Masyarakat dan Pramuka Peduli Kwarda DIY bersama dengan Kak Hanggoro Adianto, S.E., Andalan Daerah Urusan Pramuka Peduli melakukan koordinasi menyikapi kondisi Merapi saat ini.
Berbekal dengan berbagai informasi yang dikumpulkan oleh Kak Kokok juga koordinasi dengan pihak-pihak terkait, Pramuka Peduli Kwarda DIY sepakat untuk membuat rencana aksi merespon kondisi saat ini.
Kak Kokok dalam keterangannya sudah mempelajari serta berkomunikasi terkait dengan kebijakan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman yang juga telah melakukan rencana kontigensi dan mengaktivasi posko-posko di kalurahan.
Dalam koordinasi yang dilakukan, Kak Kokok bersama dengan tim Pusdimas PP Kwarda DIY menyusun struktur untuk aktivasi pos Pramuka Peduli, sinergi antara Kwartir Cabang (Kwarcab) Gerakan Pramuka Sleman, yaitu di Grha Pramuka Sleman.
Dari sana juga akan melakukan koordinasi dengan Pos Turi dengan melibatkan koordinasi bersama antara Kwarda dalam hal ini Pusdimas PP dan membuat pendampingan dan akan selalu berkoordinasi dengan BPBD, Kwarcab, dab Kalurahan.
Koordinasi juga dihadiri oleh Kak Susanto S.E., Andalan Cabang Urusan Pramuka Peduli yang kemudian disepakati menjadi Komandan Pos Pramuka Peduli dengan didampingi struktural seperti Bendahara dari Kwarcab, Sekretaris dari Dewan Kerja Cabang, serta untuk kehumasan dan komunikasi.
Konsep struktur ini juga meliputi Wakil Komandan, Data dan Informasi, Kaji Cepat, Logistik, Distribusi, Transportasi, serta Keselamatan (manajemen risiko).
Adapun rencana aksi yang akan dilakukan antara lain, melakukan identifikasi dengan output data dan sebaran potensi pramuka peduli; Koordinasi dengan pihak-pihak terkait yang diharapkan mampu memberikan dukungan kesiapsiagaan; Koordonasi Potensi Pramuka Peduli yang diwujudkan dalam orientasi relawan dalam bentuk apel.
Selain itu, akan dilakukan pula koordinasi rutin antara Pos Pramuka Peduli dengan Kwarcab dan Kwarda sesuai dengan kondisi dan situasi yang berkembang, serta membuat laporan harian atau situation report.
Sebelumnya diberitakan bahwa Gunung Merapi kembali mengeluarkan awan panas guguran pada Minggu (12/3) pagi. Tercatat, ada enam kali awan panas guguran yang dimuntahkan Merapi selama periode pengamatan pukul 00.00 – 06.00 WIB.
Keterangan yang disampaikan oleh Kepala BPPTKG, Kak Agus Budi Santoso, setidaknya telah ada awan panas guguran enam kali dengan jarak luncur maksimum 2.000 meter ke barat daya.
Kak Agus menyebutkan bahwa ada guguran lava pijar yang keluar dari Merapi dengan jarak luncur maksimum 1.700 meter ke arah barat daya. Merapi juga terekam mengalami lima kali gempa awan panas guguran dengan amplitudo 31-70 mm selama 60,9-190 detik, 25 kali gempa guguran dengan amplitudo 4-30 mm selama 32,5-132,6 detik.
BPPTKG juga mencatat ada 12 kali gempa fase banyak dengan amplitudo 3-15mm selama 5,7-7,7 detik, 6 gempa vulkanik dangkal dengan amplitudo 28-75 mm selama 7,4-15,4 detik, dan satu kali gempa vulkanik dengan amplitudo 12 mm selama 10,5 detik.
Luncuran awan panas guguran merapi pun masih berlanjut pada pukul 07.04 WIB, 07.08 WIB, dan 07.56 WIB ke arah barat daya dengan jarak luncur paling jauh 2.500 meter.
Terkait Gunung Merapi, Sri Sultan Hamengku Buwono X, Gubernur Yogyakarta, mengatakan Gunung Merapi tak akan meletus besar seperti pernah terjadi pada 2010. Kata dia pola erupsi di gunung api aktif itu sudah mengalami perubahan dari sebelumnya.
“Enggak akan meletus seperti dulu,” kata Sultan di Jogja Expo Center (JEC) Bantul, Sabtu (11/3), sebagaimana diberitakan Antara.
Sultan juga menegaskan bahwa guguran awan panas dari Merapi sejak Sabtu (11/3) bermanfaat menambal lahan-lahan berlubang di sekitar gunung yang rusak akibat aktivitas tambang pasir. (cst)