JAKARTA — Plan Internasional menggandeng Gerakan Pramuka dalam hal ini Kwarnas, Kwarda DIY, dan Kwarda Bali untuk berkolaborasi dalam mendukung aksi-aksi Adaptasi Perubahan Ikilm (API), melalui proyek Child-Centered Climate Change Adaptation (4CA).
Program-program tersebut akan diimplemntasikan melalui kegiatan kepramukaan gugusdepan yang berpangkalan di sekolah untuk peerta didik golongan Penggalang dan Penegak yang diselenggarakan di Jakarta tanggal 28 sampai dengan 29 Mei 2024.
Dalam pengantar workshop oleh Kak Ida Ngurah, Humanitarian and Resilient Program Manager – Plan Indonesia disampaikan bahwa kolaborasi penerapan APIK ini sebagai cikal bakal investasi ke depan dalam memberikan peningkatan sekaligus penguatan pengetahuan adaptasi perubahan iklim.
Dimana hal tersebut juga bisa diimplementasikan oleh peserta didik untuk agen perubahan dan menularkan terhadap teman sebayanya. Dalam hal ini rencananya akan diuji cobakan di 2 wilayah, yaitu di Kwarda DIY dan Kwarda Bali di tahun 2025 ini.
Kak Laiyin Nento, Wakil Ketua Pusdiklatnas, mengapresiasi langkah Plan International dalam kegiatan finalisasi modul adaptasi perubahan iklim untuk Pramuka.
Menurutnya, hal ini sejalan dengan semangat kolaborasi yang harus digalakkan bersama seluruh mitra strategis yang memiliki nilai dan tujuan yang sama dengan Gerakan Pramuka.
Kak Laiyin juga menyarankan perlunya Memorandum of Understanding (MoU) antara Plan International Indonesia dan Kwartir Nasional untuk memperkuat dasar kerja sama ini.
Dengan demikian, implementasi program ini dapat dilakukan secara lebih luas di Gudep yang berpangkalan di sekolah setelah melihat keberhasilan dari pilot project di Bali dan DIY.
Senada dengan itu, Kak Fatkhul Manan, Sekretaris Abdimas Kwarnas, juga menekankan pentingnya kolaborasi tidak hanya dengan Pemerintah tetapi juga dengan NGO seperti Plan International. Dukungan ini sangat diperlukan dalam mengembangkan program pendidikan lingkungan hidup, seperti Adaptasi Perubahan Iklim.
Dengan adanya kolaborasi ini, diharapkan Pramuka dapat menjadi garda terdepan dalam meningkatkan kesadaran dan pengetahuan tentang perubahan iklim, serta menjadi agen perubahan yang aktif di masyarakat.
Kak Rangga Wisnu, Direktur Tenggara Akademi Mitigasi Bali yang berorientasi pada peningkatan kapsitas untuk isu pengurangan risiko bencana dan lingkungan selaku mitra dari Plan Internasional Indonesia sebagai lead penyusunan modul menegaskan bahwa, Modul Adaptasi Perubahan Iklim utk Kepramukaan atau disingkat APIK ini menjadi bahan ajar yang diintegrasikan dan melengkapi melalui Buku Panduan Gudep Ramah Lingkungan dan Saka Kalpataru.
Selain itu, karena modul APIK berbasis pada Buku YUNGA Badger, peserta didik yang menyelesaikan aktivitas APIK dapat diberi Global Badge, yang melingkupi kecakapan SDG’s seperti Air Bersih, Siaga Bencana, dan Keanekaragaman Hayati.
Dengan demikian kegiatan Pramuka untuk Perubahan Iklim dilakukan dengan menyenagkan dan tidak membebani peserta didik atau pembinanya.

Kak Bambang Sasongko, Kwarda DIY memberikan masukan bahwa programnya kongkrit dan berkelanjutan, sehngga materi dan konten dalam modul APIK bersifat aplikatif sekaligus sebagai pengayaan pengetahuan bagi Pembina untuk diterapkan di gudep oleh peserta didik.
“Dalam pencapaian dan mengembangkan kecakapan APIK yang dimiliki dengan pencapaian YUNGA Bedger sekaligus meningkatkan partisipasi GP pada program SDGs dan service hours,” tegas Kak Bambang Sasongko.
Penerapan APIK menurut Kak Ida Ngurah akan dilaksanakan sebagai pilot project di Kwarda DIY dan Kwarda Bali melalui tahapan sosialisasi dan Bimtek bagi Pembina Gudep yang telah dipetakan oleh kedua Kwarda untuk di th 2025 ini.
Sementara itu Kak Kak I Made Miasa Kwarda Bali menyebutkan bahwa perlu gambaran yang kongkrit seperti apa tahapan dan proses implementasinya. Yang diperlukan adanya sosialisasi program dan pelatihan bagi Pembina atau Gudepnya.
“Sehingga capaian programnya sesuai dengan tujuan yang diinginkan mengenai penerapan dan capaian TKK APIK oleh peserta didik,” ujarnya.
Penekanan dari Kak Eskawati Puskur Kemdikbud, bahwanya pihaknya udah memasukkan peta kompetensi kokulrikuler dan intra kurikuler APIK seperti energi terbarukan, kelistrikan, konstruksi bangunan dll untuk SMK. Pembina Pramuka di pangkalan Sekolah yang sah disertai legitimasi dengan SK Kepala sekolah memperoleh alokasi 6 JPL.