YOGYAKARTA — Kwartir Nasional (Kwarnas) Gerakan Pramuka dalam hal ini Komisi Kerjasama Dalam Negeri (KDN) mengundang perwakilan Kwartir Daerah (Kwarda) se-Indonesia yang membidangi kerjasama pada pelatihan brand development, Rabu (22/12/2021).
Secara daring, Kwarda Gerakan Pramuka Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) diwakili Kak GKR Hayu selaku Wakil Ketua Bidang Humas, Teknologi Informasi, dan Kerjasama (Humastika) dan Kak Choiri Setiawan, Ketua Pusat Pengembangan Jurnalistik dan Sistem Informasi (PusbangJusinfo).
Pelatihan yang mengusung tema Meremajakan Organisasi dan Penguatan Persona Pramuka Indonesia di Era Society 5.0 ini dibuka oleh Wakil Ketua Kwarnas/Ketua KDN Kak Dr. H. Dede Yusuf Macan Effendi, S.T., M.I.Pol. dan diikuti secara luring oleh peserta terbatas di Jakarta.
Kak Dede Yusuf dalam arahannya menegaskan bahwa Gerakan Pramuka perlu melakukan upaya dalam mengemas, memoles, dan menampilkan semua potensi yang dimiliki seiring dengan perkembangan teknologi informasi yang sudah memasuki era 4.0 bahkan menuju 5.0.
“Perlu upaya merebranding Gerakan Pramuka tanpa menghilangkan nilai-nilai Pramuka, tanpa menghilangkan esensi, dan nilai-nilai yang tercantum Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2020 tentang Gerakan Pramuka dan semangat Lord Boden Powell,” ujarnya.
Menurut Kak Dede Yusuf, tantangan ini juga perlu disikapi dengan beragamnya kondisi yang ada di wilayah Indonesia. Ada sebagian wilayah yang telah maju penggunaan teknologi informasinya, ada yang masih baru memulai.
“Oleh karenanya, penyikapan dilakukan dengan tiga langkah, yaitu di daerah yang kurang akses dengan tetap konservatif, daerah semi berubah menggunakan hybrid (dua metode), dan daerah yang sudah maju dengan penggunaan teknologi informasi secara penuh,” tegasnya.
Pelatihan ini menghadirkan dua narasumber yang merupakan tim dari Asosiasi Service Qualitu Indonesia (ASQI), yaitu Kak Ahmad Arwani selaku Ketua Umum ASQI dan Kak AG. Purwanto Edi selaku Sekretaris Jenderal (Sekjen) ASQI.
Keduanya membahas begitu cepatnya perkembangan teknologi informasi yang saat ini terjadi. Kak Ahmad Arwani menyinggung adanya metaverse yang merupakan era 5.0. Sementara Kak Purwanto Edi menyinggung pentingnya melakukan growth daripada sebuah fixed mindset.
Menurut Kak Ahmad Arwani, bisa jadi para peserta didik kecakapan digitalnya sudah melebihi para pembinanya atau anggota dewasa. Kondisi tersebut memungkinkan untuk bisa mengoptimalkan konten pramuka di berbagai platform termasuk di metaverse.
Kak Purwanto Edi mengingatkan bahwa Gerakan Pramuka dengan penyesuaian kondisi saat ini masih sebagai salah satu sebagai penyelenggara pendidikan kepramukaan dalam pembentukan kepribadian, kecakapan, dan akhlak generasi muda. Hal itu harus tetap dipegang teguh.
Usai paparan dari kedua narasumber, dibuka sesi diskusi dan memberikan kesempatan kepada perwakilan dari masing-masing Kwarda yang ikut serta untuk bertanya sekaligus memberikan tanggapan atau masukan. (cst)